Mengapa Elon Musk Sangat Khawatir Soal Penggunaan Energi untuk Menambang Bitcoin?

Elon Musk mengatakan bahwa Tesla telah menangguhkan pembelian kendaraan menggunakan Bitcoin.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 13 Mei 2021, 21:05 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2021, 21:05 WIB
Intip Salah Satu Pabrik Bitcoin Terbesar di Dunia
Rig pertambangan dari komputer super di dalam pabrik bitcoin 'Genesis Farming' di dekat Reykjavik, Islandia (16/3). Pabrik yang berada di lokasi rahasia di Islandia ini merupakan salah satu pabrik bitcoin terbesar di dunia. (AFP Photo/Halldor Kolbeins)

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Elon Musk untuk tidak lagi menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran pembelian mobil Tesla membuat orang lebih memperhatikan mengenai dampak lingkungan dari mata uang Kripto.

Pada Rabu kemarin, Elon Musk mengatakan bahwa Tesla telah menangguhkan pembelian kendaraan menggunakan Bitcoin. Hal ini karena kekhawatiran atas penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat pesat untuk penambangan Bitcoin.

Dikutip dari CNBC, Kamis (13/5/2021), Elon Musk menyinggung data dari peneliti dari Universitas Cambridge yang menunjukkan lonjakan penggunaan listrik karena penambangan Bitcoin pada tahun ini.

Namun, Tesla tidak akan menjual Bitcoin yang dimilikinya. Produsen mobil listrik ini memiliki koin digital senilai USD 2,5 miliar. Elon Musk pun mengatakan bahwa pihaknya bermaksud untuk melepas penangguhan transaksi dengan Bitcoin setelah para penambang melakukan transisi ke energi yang lebih bersih.

Komentar Elon Musk ini mengguncang pasar cryptocurrency, yang telah merosot sebanyak USD 365,85 miliar sejak dirinya mengunggah pernyataannya di twitter.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mengapa Elon Musk Khawatir?

Intip Salah Satu Pabrik Bitcoin Terbesar di Dunia
Seorang teknisi melakukan perawatan pada rig pertambangan dari komputer super di dalam pabrik bitcoin 'Genesis Farming' di dekat Reykjavik, Islandia (16/3). (AFP Photo/Halldor Kolbeins)

Kritikus Bitcoin telah lama mewaspadai dampak dari penambangan terhadap lingkungan. Cryptocurrency menggunakan lebih banyak energi dibanding negara Swedia dan Malaysia, menurut Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge.

Untuk memahami mengapa Bitcoin sangat boros energi, Anda harus melihat teknologi yang mendasarinya yaitu blockchain. Teknologi ini tidak dikontrol oleh otoritas tunggal mana pun. Blockchain terus diperbarui oleh jaringan komputer di seluruh dunia.

Para penambang menjalankan komputer yang dibuat khusus untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks untuk membuat transaksi berhasil. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencetak Bitcoin baru.

Penambang tidak menjalankan operasi ini secara gratis. Mereka harus mengeluarkan banyak uang untuk peralatan khusus.

Profesor dari University of Sussex Business School Carol Alexander menjelaskan, kesulitan dari penambangan Bitcoin adalah ukuran dari upaya komputasi yang diperlukan untuk menambang Bitcoin terus mengalami kenaikan selama tiga tahun terakhir.

"Semakin banyak listrik yang digunakan," kata Alexander kepada CNBC.

Harga Bitcoin naik hampir 70 persen sepanjang tahun ini. Seiring kenaikan harga, pendapatan bagi penambang juga meningkat, mendorong lebih banyak peserta untuk menambang cryptocurrency.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya