Wall Street Kompak Merosot, Saham Amazon Melemah 7,6 Persen Usai Rilis Laporan Keuangan

Wall street melemah pada perdagangan Jumat, 30 Juli 2021 seiring ada kekhawatiran terhadap dampak penyebaran varian delta kasus COVID-19 dan saham Amazon tertekan.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Jul 2021, 06:47 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2021, 06:46 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Jumat, 30 Juli 2021. Wall street tertekan di tengah penurunan saham Amazon, tetapi indeks S&P 500 mencatat kinerja positif selama enam bulan berturut-turut.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,5 persen menjadi 4.395,25 terseret oleh sektor konsumen dan energi. Indeks Nasdaq tergelincir 0,7 persen menjadi 14.672,68. Indeks Dow Jones turun 149,06 poin atau 0,4 persen menjadi 34.935,47.

Saham Amazon melemah hampir 7,6 persen setelah melaporkan kehilangan pendapatan kuartalan pertama dalam tiga tahun dan memberikan panduan yang lebih lemah. Pinterest merosot 18,2 persen setelah mengatakan kehilangan pengguna bulanan selama tiga bulan yang berakhir 30 Juni 2021.

Rata-rata indeks saham utama di wall street berhasil menyelesaikan kinerja bulanan yang solid, meski pun volatilitas telah meningkat di tengah kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi dalam menghadapi varian delta yang menyebar.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Indeks Acuan Utama Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks Nasdaq dan Dow Jones masing-masing naik sekitar 1,2 persen dan 1,3 persen pada Juli 2021. Sementara itu, indeks S&P 500 naik mendekati 2,3 persen selama periode yang sama. Utilitas, perawatan kesehatan, real estate dan saham teknologi telah mendorong indeks S&P 500 lebih tinggi pada Juli 2021. Sementara itu, sektor saham energi dan keuangan merosot.

"Ada sedikit volatilitas dan ketidakstabilan harga di pasar dalam beberapa pekan terakhir,” ujar Chief Investment Strategist BMO, Brian Belski dilansir dari CNBC, Sabtu (31/7/2021).

Ia menambahkan, kekhawatiran bertambah atas varian delta dan dampak potensi untuk pembukaan kembali ekonomi tampaknya momentum untuk memainkan peran kunci dalam aksi harga.

"Sementara terkait dengan pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan dukungan  kebijakan juga tetap bergantung pada sentiment risiko," ujar dia.

Investor mencerna indikator inflasi utama yang menunjukkan tekanan harga lebih baik dari yang dikhawatirkan pada Jumat, 30 Juli 2021. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti naik 3,5 persen pada Juni year over year (YoY). Ini menandai percepatan inflasi yang tajam, tetapi sedikit di bawah ekspektasi lonjakan Dow Jones 3,6 persen.

Data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan semakin meredakan kekhawatiran tentang the Federal Reserve yang membatalkan pembelian aset.


Data Ekonomi AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II 2021 meningkat 6,5 persen secara tahunan, jauh lebih rendah dari perkiraan Dow Jones.

Sementara itu, klaim pengangguran mingguan terbaru juga lebih tinggi dari yang diharapkan. Ketua the Federal Reserve Jerome Powell mencatat ekonomi telah menempuh perjalanan jauh sejak resesi COVID-19. Ia masih memiliki cara sebelum bank sentral mempertimbangkan untuk menyesuaikan kebijakan pelonggaran moneternya.

Saham Procter and Gamble (P&G) naik hampir dua persen setelah raksasa barang konsumsi itu melampaui perkiraan analis untuk pendapatan dan laba kuartalan. Namun, perusahaan memperingatkan peningkatan harga komoditas dapat menekan pendapatannya pada tahun mendatang.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya