Liputan6.com, Jakarta - Investasi menjadi salah satu cara kendaraan bagi seseorang untuk mencapai cita-cita atau tujuan finansial pada masa mendatang. Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara mengatakan, investasi juga mengambil posisi sebagai alternatif pendapatan.
"Jadi kita jangan tergantung pada satu sumber pendapatan saja,” kata dia dalam OJK Mengajar - Bijak Berinvestasi di Pasar Modal bagi Investor Pemula,” Kamis (18/11/2021).
Alasan selanjutnya mengapa seseorang perlu untuk investasi, yakni karena daya beli menurun. Sebagai gambaran, sebuah burger pada 1997 dijual seharga Rp 4.600.
Advertisement
Baca Juga
Sementara saat ini harga sebuah burger bisa Rp 38 ribu. Artinya, jika seseorang tidak melakukan investasi, nilai aset yang dimiliki akan mengalami ketertinggalan.
"Jadi kalau kita enggak invest, income kita akan ketinggalan,” kata Tirta.
Selain itu, Tirta mengatakan, hidup tak selalu di atas. Hal ini merujuk pada usia produktif seseorang. Ketika sudah memasuki usia pensiun sementara biaya hidup tetap sama, investasi menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan.
Namun, Tirta juga menerangkan, masa pensiun bisa didasarkan pada dua, yakni berdasarkan usia dan berdasarkan target pendapatan.
"Jadi bukan umur berapa, tapi nanti income nya berapa karena seterusnya ekspektasinya kita masih hidup tapi income itu bisa berhenti,” lanjutnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Investasi Saat Muda
Hal yang tak kalah penting, lakukan investasi semuda mungkin. Dalam paparannya, Tirta menyebutkan generasi muda dinilai sebagai critical economic players.
Di sisi lain, Tirta mencatat adanya gap literasi dan inklusi keuangan. Sehingga dengan investasi sedini mungkin, diharapkan gap tersebut dapat semakin sempit.
Hal itu juga sebagai upaya untuk meminimalisir potensi kerugian yang mungkin timbul dari kecenderungan generasi muda untuk mengikuti ajakan influencer, termasuk untuk investasi ilegal. Tirta menambahkan, generasi muda juga dinilai lebih rentan secara finansial.
Misalnya, banyak yang memilih menghabiskan uang untuk kesenangan dibandingkan menabung atau investasi.
"Generasi muda itu lebih rentan menghasilkan uang untuk kesenangan. Apalagi dengan semboyan ‘YOLO’, you only live once, jadi cari pengalaman saja yang banyak, dibandingkan dengan spending untuk menabung atau investasi untuk tambah aset,” ujar dia.
Advertisement