Wall Street Anjlok Tersengat Kekhawatiran Varian Omicron hingga The Fed

Rata-rata indeks utama di wall street susut ke posisi terendah setelah The Fed sebutkan akan percepat tapering.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Des 2021, 05:56 WIB
Diterbitkan 01 Des 2021, 05:56 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Selasa, 30 November 2021. Hal ini seiring investor kembali menilai risiko yang terkait varian baru COVID-19, omicron.

Rata-rata indeks utama di wall street susut ke posisi terendah dalam sesi perdagangan setelah Ketua The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS Jerome Powell mengatakan, pihaknya akan membahas percepatan pengurangan pembelian obligasi atau tapering pada pertemuan Desember 2021.

Pada penutupan wall street, indeks Dow Jones anjlok 675,22 poin ke posisi 34.483,72. Saham American Express dan Salesforce menekan indeks Dow Jones.

Indeks S&P 500 tergelincir 1,9 persen menjadi 4.567. Indeks Nasdaq merosot 1,6 persen menjadi 15.537,69. Indeks Russell 2000 turun 1,9 persen menjadi 2.198,91 seiring saham berkaitan ekonomi mendapatkan tekanan besar.

Di hadapan komite senat, ketua the Fed mempertimbangkan mengurangi tapering lebih cepat dari pada jadwal USD 15 miliar per bulan yang diumumkan awal bulan ini.

"Pada titik ini, ekonomi sangat kuat dan tekanan inflasi lebih tinggi, dan oleh karena itu, menurut pandangan saya, mempertimbangkan untuk mengakhiri pembelian aset kami, mungkin beberapa bulan lebih cepat,” ujar Powell dilansir dari CNBC, Rabu (1/12/2021).

Ia berharap akan membahas pada pertemuan yang akan datang. Komentar Powell menunjukkan fokus the Fed kini telah berubah untuk memerangi inflasi dan dampak negatifnya ketimbang potensi gangguan dalam kegiatan ekonomi dari varian baru COVID-19.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pernyataan CEO Moderna Bikin Pasar Lesu

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Wall street yang tersungkur pada perdagangan Selasa juga terjadi setelah CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan kepada Financial Times, vaksin yang ada menjadi kurang efektif terhadap varian baru.

Bancel menuturkan, kemungkinan ada “penurunan materi” dalam efektivitas vaksin terhadap varian ini. Kepada CNBC, Bancel menuturkan, dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengembangkan dan mengirimkan vaksin khusus omicron. Saham Moderna turun 4,4 persen.

Secara terpisah, Regeneron menuturkan, pengobatan antibodi mungkin menunjukkan penurunan efektivitas terhadap omicron.

“Pasar saham sangat terfokus kepada berita yang terkait dengan omicron,” ujar Chief Investment Strategist Leuthold Group, Jim Paulsen.

Pada Senin, wall street reli didorong laporan yang menenangkan kalau dari Afrika Selatan gejalanya tampak ringan. Pada Selasa, perdagangan diguncang berita dari Moderna kalau omicron kebal vaksin yang ada. Hal itu membutuhkan vaksin baru dan lebih baik yang dapat membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk berkembang.

Wall Street Tertekan Sepanjang November 2021

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Saham perjalanan yang menyebabkan penurunan pada Jumat, dan kemudian naik pada Senin, 29 November 2021 mendapat pukulan sekali lagi pada Selasa, 30 November 2021. Saham Expedia Group turun hampir 3,3 persen, saham Norwegian Cruise Line Holdings merosot 3,5 persen, dan Booking Holdings tergelincir hampir 3,7 persen.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun di bawah 1,45 persen karena investor khawatir tentang perlambatan ekonomi seiring varian baru. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun 9 basis poin menjadi 1,44 persen. Pada pekan lalu 1,69 persen sebelum turun di bawha 1,5 persen.

Harga minyak juga tergelincir pada Selasa pekan ini. Harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 5,4 persen menjadi USD 66,18 per barel. Indeks volatilitas CBOE atau dikenal sebagai VIX yang mengukur kecemasan investor wall street naik.

Pada Jumat pekan lalu, indeks itu naik 10 poin ke atas 28. “Dengan indeks volatilitas VIX melonjak ke level tertinggi dalam beberapa bulan, tampaknya investor mungkin hadapi beberapa hari putaran pasar yang terlalu besar,” ujar Paulsen.

Pada hari terakhir perdagangan November menjadi bulan paling bergejolak bagi saham. Indeks Dow Jones turun 3,7 persen pada November 2021. Indeks S&P 500 susut 0,8 persen. Indeks Nasdaq merosot 0,25 persen. Indeks Russell 2000 melemah hampir 4,3 persen pada November 2021, dan menunjukkan kinerja buruk sejak Maret 2020.

Varian omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, kini telah ditemukan di lebih dari selusin negara. Hal itu menyebabkan pembatasan perjalanan. WHO menyebutkan strain omicron sebagai “varian perhatian” pada Jumat pekan lalu sehingga membuat indeks Dow Jones merosot 900 poin, dan alami kinerja buruk sejak Oktober 2020.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya