Bursa Saham Asia Beragam Imbas Investor Menanti Hasil Pertemuan The Fed

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu, 26 Januari 2022 seiring wall street yang melemah.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jan 2022, 09:12 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2022, 09:12 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia bervariasi saat peembukaan pasar pada Rabu (26/1/2022) setelah gejolak dan kemerosotan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street Selasa malam karena pelaku pasar menantikan hasil pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed).

Situasi pasar saham Jepang sedikit berubah. Indeks Nikkei 225 turun tipis sebanyak 0,15 persen dan indeks Topix stabil. Indeks Kospi di Korea Selatan bergeak menghijau dengan kenaikan 0,63 persen. Pasar saham Australia dan India tutup karena llibur.

International Monetary Fund (IMF) menurunkan perkiraan pertmbuhan global untuk tahun ini. keputusan ini berlandaskan beberapa faktor mulai dari meningkatnya  kasus COVID-19, gangguan rantai pasokan , dan inflasi yang kian tinggi sehinga menghambat pemulihan ekonomi global.

Dalam sebuah laporan yang dipublikasikan pada Selasa, 25 Januari 2022, IMF memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) global melemah pada 2022. Dari 5,9 persen per 2021 menjadi 4,4 persen di tahun ini. nominak tersebut setengah poin lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Investor Tunggu Pertemuan the Fed

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Saham di AS anjlok usai riuh perdagangan pada Senin, 24 Januari 2022. Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,2 persen atau 67,77 poin sehingga berada di level 34.297,73.

Indeks berayun dari defisit hampir 819 poin di posisi terendahnya menjadi reli sekitar 226 poin di level tertinggi sepanjang perdagangan berlangsung. Indeks S&P 500 melemah 1,2 persen menjadi 4.356,45. Indeks  Nasdaq Composite, teseret turun 2,3 persen menjadi 13.539,30.

Pelaku pasar masih melihat dan menunggu kepurusan pertemuan Fed pada Rabu, 256 Januari 2022. Investor berharap regulator AS mengeluarkan pernyataan yang menandakan kenaikan suku bunga segera setelah Maret  dan lebih banyak pengetatan kebijakan guna mengatasi inflasi yang tinggi.

Di tempat lain, ketegangan geopolitik terus mengguncang investor saat sekutu Barat bersiap menghadapi konfrontasi militer. Pemerintah siaga siapkan pasukan apabila Rusia memang menginvasi Ukraina.

Mata Uang dan Harga Minyak

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Harga minyak menghijau lebih dari 2 persen pada Selasa, 25 Januari 2022. Kenaikan ini di tengah kekhawatiran pasokan bisa menjadi ketat karena ketegangan Ukraina-Rusia disertai faktor lainnya.

Sayangnya minyak mentah AS justru anjlok 0,44 persen menjadi USD 85,21 selama jam perdagangan Asia di pagi hari.

Indeks dolar AS dengan acuan sekeranjang mata uang utama lainnya, berada di posisi 95,948. Nilainya memperlihatkan tren positif dari level sebelumnya di angka 95,8.

Kathy Lien dari 60 Second Investor mengungkapkan jika regulator AS agresif dalam jalur pengetatan moneter AS maka secara bersamaan mampu mengatur laju penguatan dolar .

"Jika Powell mengkonfirmasi kenaikan suku bunga akan dimulai pada Maret, saya menyarankan Powell harus secara agresif mengendalikan inflasi dengan lebih dari 4 putaran pengetatan. Lantraan dolar AS akan melonjak terhadap semua mata uang utama. Jika kurang dari itu berpotensi menghasilkan reli dalam ekuitas dan mata uang yang memudahkan permintaan dolar AS,” ungkap Lien, dilansir dari laman CNBC, Rabu (26/1/2022).

Yen Jepang diperdagangkan pada 113,85 per dolar. Sementara dolar Australia berada di harga USD 0,7155 atau menguat dari posisi sebelumnya di kisaran USD 0,714.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya