Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Selasa, 5 April 2022. Wall street merosot dipicu Gubernur the Federal Reserve Lael Brainard mengindikasikan bank sentral AS dapat lebih agresif untuk memperketat kebijakannya.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 2,26 persen menjadi 14.204,17. Indeks Dow Jones susut 280,7 poin atau 0,8 persen ke posisi 34.641,18.
Indeks S&P 500 tergelincir 1,26 persen menjadi 4.525,12 setelah membukukan kenaikan dua hari berturut-turut.
Advertisement
Baca Juga
“Pada akhirnya, cara ini akan bekerja, ekonomi akan melambat, pasar saham harus mencerminkan hal itu,” ujar Chief Economist Moody’s Analytics, Mark Zandi dilansir dari CNBC, Rabu (6/4/2022).
Ia menuturkan, pasar saham akan hadapi hal sulit dalam beberapa bulan ke depan. Lantaran pasar saham juga akhirnya menyesuaikan dengan apa yang dilakukan dan akan dilakukan the Federal Reserve.
Saham teknologi termasuk saham yang alami koreksi terbesar pada Selasa pekan ini. Saham chip berkontribusi terhadap penurunan.
Saham Nvidia turun 5,2 persen dan AMD merosot lebih dari 3 persen. Koreksi saham teknologi terjadi seiring perusahaan teknolofi paling terdampak rencana kenaikan suku bunga the Fed. Hal ini membuat investor akan memilih saham perusahaan yang mencatat keuntungan stabil.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham di Wall Street
Sementara itu, sektor-sektor seperti utilitas dan perawatan kesehatan bergerak menguat dengan Johnson&Johnson dan Pfizer menguat tipis.
Demikian saham Procter and Gamble dan Walmart. Saham Carnival dan Norwegian Cruise Line masing-masing bertambah lebih dari dua persen dan satu persen.
“Cara pasar bertindak hari ini, pedomannya adalah pertahanan dengan kinerja sektor terkait komoditas, sementara kinerja teknologi di bawah kekhawatiran suku bunga tinggi,” ujar Co-CIO dan Chief Market Strategist Truist, Keith Lerner.
Ia menambahkan, ada kekhawatiran tentang ekonomi dan kemampuan the Fed untuk mendarat dengan halus.
Setelah membuka hari dengan positif, saham melemah dan suku bunga mencapai level tertinggi setelah Brainard yang dianggap sebagai salah satu anggota the Fed yang lebih dovish menyebutkan bank sentral perlu mengecilkan neraca dengan cepat untuk menurunkan inflasi.
“Inflasi terlalu tinggi dan tunduk pada risiko kenaikan,” ujar dia.
Imbal hasil treasury 10 tahun pun melonjak menjadi 2,56 persen dan mencapai level tertinggi sejak Mei 2019.
Advertisement
Investor Menanti Risalah The Fed
Di sisi lain, kekhawatiran resesi terus menakuti investor. Deutsche Bank menjadi bank besar pertama di wall street yang memperkirakan resesi AS dan the Fed semakin agresif untuk melawan inflasi.
“Ekonomi Amerika Serikat akan mendapat pukulan besar dari pengetatan ekstra the Fed pada akhir tahun depan dan awal 2024,” tulis ekonom Deutsche Bank dalam sebuah catatan.
“Kami melihat dua kuartal pertumbuhan negatif dan kenaikan lebih dari 1,5 persen dalam tingkat penganggurang AS, perkembangan yang jelas memenuhi syarat sebagai resesi meskipun moderat,”
Di sisi lain, harga minyak tergelincir. Harga minyak West Texas Intermediate melemah 1,28 persen ke posisi USD 101,96. Harga minyak Brent susut 0,83 persen ke posisi USD 106,44. Pasar telah bergejolak sejak awal perang di tengah kekhawatiran atas gangguan pasokan.
Gejolak wall street seiring investor menanti rilis risalah pertemuan the Federal Reserve pada Rabu pekan ini. Risalah itu berasal dari pertemuan bulan lalu ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga untuk pertama kali dalam beberapa tahun dan indikasikan kenaikan enam kali lagi suku bunga pada 2022. Investor juga sedang mempersiapkan musim pendapatan perusahaan pada kuartal I 2022 yang dimulai pekan depan.