Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 29 Maret 2022. Hal itu memperpanjang kenaikan beruntun di wall street seiring traders memantau negosiasi gencatan senjata di Eropa dan imbal hasil obligasi.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 338,30 poin atau 0,97 persen menjadi 35.294,29. Indeks S&P 500 menguat 1,23 persen menjadi 4.631,60. Indeks Nasdaq bertambah 1,84 persen menjadi 14.619,64. Indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat dalam empat sesi perdagangan berturut-turut.
Saham otomotif mencatat sebagian keuntungan. Saham Ford naik 6,5 persen dan GM naik lebih dari 4 persen. Saham Caesar’s Entertainment melonjak 5,6 persen dan American Airlines bertambah 5 persen.
Advertisement
Baca Juga
Di sektor teknologi, saham Netflix naik lebih dari 3 persen dan Snap melonjak 4,5 persen. Saham Moderna naik 4,4 persen setelah regulator AS menyetujui suntikan booster vaksin COVID-19 tambahan untuk warga berusia 50 tahun ke atas.
Traders terus mengawasi pasar obligasi dengan imbal hasil obligasi AS bertenor 5 tahun diperdagangkan di atas imbal hasil obligasi AS bertenor 30 tahun. Hal ini memicu sejumlah kekhawatiran resesi.
“Kasus dasar kami adalah ekonomi AS dapat menghindari resesi, menurunkan ancaman tren turun yang berkelanjutan dalam saham,” ujar Chief Investment Officer UBS Global Wealth Management, Mark Haefele, dikutip dari CNBC, Rabu (30/3/2022).
Ia menambahkan, dengan demikian, investor harus bersiap untuk suku bunga lebih tinggi, termasuk berpotensi menambah eksposur terhadap value dan saham keuangan yang cenderung unggul seiring pengetatan kebijakan bank sentral. Hal ini dilakukan tanpa bereaksi berlebihan dengan keluar dari saham.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sentimen Konflik Rusia-Ukraina
Di sisi lain, tumbuhnya harapan untuk gencaatan senjata Rusia-Ukraina tampaknya membantu sentimen investor pada perdagangan Selasa pekan ini. Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin menuturkan, pihaknya akan secara drastic mengurangi aktivitas militer di dekat ibu kota Ukraina, Kiev.
Yang pasti, kedua belah pihak telah mengatakan dalam beberapa hari terakhir mereka tidak akan mencapai kesepakatan. Menjelang negosiasi di Turki, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuturkan tidak ada yang disepakati kecuali semuanya disepakati.
Selain itu, saham sebagian menguat setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuturkan, AS lebih fokus kepada tindakan Rusia.
Di sisi lain,harga minyak berjangka untuk patokan West Texas Intermediate (WTI) sempat turun di bawah USD 100 per barel pada Selasa pagi sebelum menguat menjadi sekitar USD 104 per barel.
“Ada beberapa optimisme yang jelas di sana, tetapi saya pikir pertanyaan sebenarnya adalah berapa lama dampak ekonomi akan bertahan,” ujar Chief Investment Strategist BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma.
Advertisement
Data Ekonomi AS
Invasi ke Ukraina bersama dengan sikap hawkish atau agresif dari the Federal Reserve menyebabkan awal sulit bagi saham. Namun, indeks S&P 500 telah menguat hampir 11 persen sejak 14 Maret 2022.
“Ini tidak cukup menarik, tetapi langkah ini mengambil sebagian seiring kuartal I 2022 yang lemah untuk saham,” ujar Investment Strategist All Stars Charts, Willie Delwiche.
Ia menambahkan, salah satu yang menjadi pertanyaan untuk saham sebagai kelas aset adalah peningkatan yang terjadi pada Maret 2022 merupakan penguatan dengan tingkat yang mengesankan tetapi durasinya terbatas atau awal dari reli yang diperpanjang untuk membawa indeks ke level tertinggi.
Sementara itu, saham FedEx naik lebih dari 3 persen setelah perusahaan mengumumkan pendiri Fred Smith akan mengundurkan diri sebagai CEO pada 1 Juni dan diganti secara internal. Raksasa perawatan kesehatan UnitedHealth Group mengumumkan kesepakatan untuk membeli LHC Group senilai USD 170 per saham.
Dari data ekonomi, indeks kepercayaan konsumen berada di 107,2 di bawah harapan 107,5. Survei pembukaan pekerjaan dan tenaga kerja menunjukkan 11,3 juta lowongan pekerjaan lebih tinggi dari yang diharapkan 11,1 juta.