Susul GOTO, Dua Perusahaan Teknologi Antre di Pipeline IPO BEI

BEI optimistis pencapaian IPO GOTO menjadi momentum yang baik untuk mendorong semakin banyaknya perusahaan teknologi lain ikuti langkah ini.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Apr 2022, 23:27 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2022, 23:27 WIB
Gojek dan Tokopedia bentuk GoTo, grup teknologi terbesar di Indonesia.
Gojek dan Tokopedia bentuk GoTo, grup teknologi terbesar di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Usai IPO Goto Gojek Tokopedia (GOTO), Bursa efek Indonesia (BEI) optimistis tren pencatatan saham perusahaan digital di dalam negeri masih marak. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, Indonesia merupakan negara penghasil unicorn terbanyak di Asia Tenggara.

Selain itu, Indonesia juga masih mempunyai potensi yang sangat besar melahirkan Unicorn-unicorn selanjutnya, di mana saat ini terdapat puluhan Centaur yang siap menjadi Unicorn atau istilah saat ini “Soon-icorn”.

Bursa optimistis pencapaian IPO GOTO menjadi momentum yang baik untuk mendorong semakin banyaknya perusahaan teknologi lainnya untuk mengikuti langkah ini.

“Oleh karena itu, kami senantiasa mendorong perusahaan dari berbagai industri termasuk juga perusahaan-perusahaan di bidang teknologi untuk memanfaatkan pasar modal sebagai house of growth dengan melakukan sosialisasi IPO dan listing baik secara 1-on-1 maupun melalui workshop,” kata Nyoman kepada wartawan, Selasa (12/4/2022).

Menyusul IPO GOTO, berembus kabar dua perusahaan teknologi juga siap melantai di bursa. Dua perusahaan tersebut yakni Tiket,com dan Blibli yang disebut akan mengikuti jejak GoTo untuk melakukan penggabungan usaha sebelum IPO. Meski membenarkan ada dua perusahaan teknologi yang bertengger di pipeline IPO bursa, Nyoman belum mau merinci nama calon emiten tersebut.

“Terkait dengan nama calon perusahaan tercatat, Bursa belum dapat menyampaikan sampai dengan OJK telah memberikan persetujuan atas penerbitan prospektus awal kepada publik sebagaimana diatur di OJK Peraturan Nomor IX.A.2,” kata Nyoman.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sektor Saham

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun hingga 11 April 2022, terdapat 30 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Sebagai informasi, berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline Merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 3 perusahaan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar, 12 perusahaan aset skala menengah antara Rp 50–250 miliar, dan 15 perusahaan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.

Rincian sektornya adalah sebagai berikut:

1 Perusahaan dari sektor Basic Materials

2 Perusahaan dari sektor Industrials

1 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic

5 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals

6 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals

2 Perusahaan dari sektor Technology

2 Perusahaan dari sektor Healthcare

3 Perusahaan dari sektor Energy

4 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate

4 Perusahaan dari sektor Infrastructures

 

35 Perusahaan Proses Rights Issue

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 35 perusahaan tercatat atau emiten masuk dalam pipeline rights issue hingga 8 April 2022.

Direktur Penilai Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, perkiraan dana yang dihimpun melalui rights issue Rp 20,3 triliun. Adapun sektor perusahaan yang berada dalam pipeline rights issue antara lain 13 perusahaan dari sektor keuangan, lima perusahaan dari sektor basic materials, empat perusahaan dari sektor energi, tiga perusahaan dari sektor properti dan real estate.

Selain itu, dua perusahaan dari sektor infrastruktur, dua perusahaan dari sektor konsumer non-siklikal dan dua perusahaan dari sektor konsumer siklikal. Sedangkan sisanya masing-masing satu dari sektor teknologi, industri, perawatan kesehatan, transportasi dan logistik.

Nyoman optimistis penggalangan dana di pasar modal Indonesia masih bertumbuh dengan baik pada 2022. Hal ini didukung sejumlah faktor, seperti keberlangsungan pemulihan ekonomi.

"Berdasarkan data kami, beberapa indikator pasar modal antara lain minat perusahaan yang akan melakukan penggalangan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pertumbuhan positif,” ujar Nyoman.

Ia menambahkan, kondisi pasar modal yang kondusif tak lepas dari dukungan otoritas pasar modal dan stakeholders yang ada di pasar modal. Selain itu, Nyoman menuturkan, seluruh pemangku kepentingan pasar modal yang disupervisi oleh OJK terus berupaya menjadikan pasar modal Indonesia lebih inklusif.

“Beberapa kemudahan dan relaksasi telah diberikan bagi semua tingkatan perusahaan yang diwujudkan dengan berbagai penyesuaian peraturan dan penyusunan kajian terkait mekanisme pencatatan saham,” kata Nyoman.

Nyoman yakin, hal tersebut dapat memberikan optimisme pada 2022 akan lebih baik dari tahun sebelumnya.

Rights Issue Adhi Karya

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya,  PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue kepada pemegang saham melalui penawaran umum terbatas (PUT) II.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis, 17 Maret 2022. PT Adhi Karya Tbk akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 7.121.658.184 saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk penyelesaian rencana alokasi penggunaan dana untuk penyertaan proyek investasi Adhi Karya berupa jalan tol, SPAM (pengelolaan air), pengelolaan limbah dan preservasi jalan.

PT Adhi Karya Tbk menggelar rights issue ini seiring rencana perseroan untuk berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Namun, perseroan memiliki tantangan yaitu keterbatasan ekuitas. "Ekuitas perseroan sangat kecil dibandingkan dengan BUMN Karya lain terutama BUMN Karya yang telah listing di Bursa Efek Indonesia,” tulis perseroan.

Kemudian pada 2020, kondisi keuangan perseroan diperparah dengan ada COVID-19 telah menghantam ekonomi dunia bahkan di berbagai negara perekonomian tidak tumbuh dan terancam resesi.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya