Wall Street Merosot Imbas Koreksi Saham Snap

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 137,61 poin atau 0,43 persen menjadi 31.899,29.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jul 2022, 07:53 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2022, 07:53 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 22 Juli 2022. Indeks S&P 500 turun hampir 1 persen seiring investor mencerna hasil kinerja mengecewakan dari Snap yang membuat saham media sosial terguncang.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 137,61 poin atau 0,43 persen menjadi 31.899,29. Indeks S&P 500 susut 0,93 persen menjadi 3.961,63. Indeks Nasdaq melemah 1,87 persen ke posisi 11.834,11.

Koreksi itu memangkas kenaikan mingguan untuk tiga indeks acuan. Indeks Dow Jones menguat hampir dua persen. Indeks S&P 500 naik sekitar 2,6 persen dan indeks Nasdaq menanjak 3,3 persen.

Laba yang belum sesuai harapan dari Snap mendorong saham turun 39,1 persen sehingga menghentikan reli Nasdaq pekan ini. Traders yang mengincar beberapa kinerja laba lebih baik dari perkiraan perusahaan teknologi telah mempertimbangkan apakah pasar akhirnya menemukan titik terendah.

"Snap telah berhasil menghentikan tren naik di Nasdaq dengan melaporkan laba yang mengecewakan, yang telah menciptakan efek berjenjang pada S&P,” ujar Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall, dikutip dari laman CNBC, Sabtu (23/7/2022).

Stovall menambahkan, ini hanya contoh volatilitas yang diharapkan investor saat laba dilaporkan. Karena itu, dapat menyebabkan fluktuasi harga sebagai respons terhadap hasil yang lebih baik atau buruk daripada hasil.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saham Snap Bebani Saham Media Sosial

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Hasil dari induk Snapchat diikuti oleh sejumlah penurunan peringkat saham oleh analis. Laporan kuartalan Snap juga bebani media sosial dan saham teknologi lainnya yang dikhawatirkan investor dapat hadapi perlambatan penjualan iklan online.

Saham platform Meta dan Pinterest masing-masing turun 7,6 persen dan 13,5 persen. Sementara itu, Alphabet susut 5,6 persen. Saham Twitter naik 0,8 persen meskipun melaporkan hasil kuartalan kedua yang mengecewakan dari laba, pendapatan dan pertumbuhan pengguna.

Perusahaan media sosial menyalahkan tantangan dalam industri iklan, serta ketidakpastian seputar akuisisi perusahaan oleh Elon Musk sebagai penyebab kegagalan itu.

Verizon adalah anggota Dow Jones dengan kinerja terburuk setelah melaporkan laba. Operator jaringan nirkabel turun 6,7 persen setelah memangkas perkiraan setahun penuh karena harga yang lebih tinggi menghambat pertumbuhan pelanggan telepon.

Sekitar 21 persen dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan laba sejauh ini. Dari jumlah tersebut, hampir 70 persen telah mengalahkan harapan analis, menurut FactSet.

Data Ekonomi Bebani Sentimen

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sementara itu, kekhawatiran atas keadaan ekonomi Amerika Serikat juga bebani sentimen setelah rilis data ekonomi yang lebih suram.

Pembacaan awal pada indeks output komposit PMI Amerika Serikat yang melacak aktivitas di seluruh sektor jasa dan manufaktur turun menjadi 47,5 menunjukkan output ekonomi yang berkontraksi. Itu juga level terendah indeks dalam lebih dari dua tahun.

Laporan tersebut juga muncul sehari setelah pemerintah AS melaporkan kenaikan tak terduga dalam klaim pengangguran mingguan menimbulkan pertanyaan tentang kesehatan pasar tenaga kerja.

Namun, wall street telah menikmati minggu yang kuat untuk pasar, karena pelaku pasar menyerap hasil kuartal II lebih baik dari pada yang ditakuti. Pada Jumat, 22 Juli 2022, indeks S&P 500 menyentuh level 4.000 yang belum pernah dicapainya sejak 9 Juni, sebelum kembali turun.

 

Investor Kembali Pilih Saham Pertumbuhan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Dow mendapatkan dorongan pada awal sesi menyusul laporan laba yang kuat dari American Express. Perusahaan kartu kredit melonjak sekitar 1,9 persen setelah mengalahkan harapan analis, karena rekor pengeluaran konsumen di bidang seperti perjalanan dan hiburan.

“Ini menunjukkan kepada Anda kalau harapan pasar sangat rendah, bahwa sedikit kabar baik bisa sangat membantu ketika Anda memiliki harapan yang rendah,” ujar Keith Lerner dari Truist.

Ia juga mencatat investor memutar kembali ke saham pertumbuhan bahkan di tengah data ekonomi yang lemah.

Yang pasti, beberapa pelaku pasar tidak percaya pasar bearish telah berakhir meski ada kenaikan pekan ini. Sejak Perang Dunia II, hampir dua pertiga dari reli satu hari sebesar 2,76 persen atau lebih di S&P 500 terjadi selama pasar bearish dengan 71 persen terjadi sebelum titik terendah, menurut catatan pekan ini dari CFRA’s Stovall.

Stovall percaya indeks pasar yang lebih luas bisa reli setinggi level 4.200 sebelum kembali turun untuk menantang posisi terendah pada Juni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya