Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps). Analis menilai hal tersebut memberikan dampak negatif bagi sejumlah sektor saham, seperti industri, teknologi, dan properti.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 25 bps masih akomodatif untuk ekonomi domestik. Akan tetapi, terdapat sejumlah sektor yang terdampak negatif.
Baca Juga
"Namun sektor yang bisa berdampak negatif yaitu sektor perindustrian, sektor teknologi dan sektor properti. Karena, kenaikan bunga bisa menggerus laba nya di tengah kenaikan inflasi di mana daya beli bisa berkurang,” kata Cheryl.
Advertisement
Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengungkapkan, kenaikan suku bunga di kondisi normal bisa mempengaruhi dari saham sektor perbankan, properti, serta konstruksi.
"Tetapi, kondisi saat ini sektor-sektor tersebut masih cukup menarik dikarenakan permintaan kredit yang masih tumbuh untuk sektor perbankan, dan dari sektor konstruksi adanya peningkatan anggaran untuk infrastruktur bisa menjadi sentimen positif, serta sektor properti yang sedang mengalami perbaikan,” ungkapnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps), dari sebelumnya 3,50 persen menjadi 3,75 persen. Analis menilai kebijakan tersebut menjadi sentimen positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Jadi Sentimen Positif IHSG
Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, naiknya suku bunga acuan BI menjadi sentimen positif bagi IHSG, antara lain karena Indonesia dapat lebih dulu mengantisipasi dampak dari potensi naiknya inflasi karena rencana pemerintah menaikkan harga BBM.
"Naiknya suku bunga BI juga dapat memperkuat nilai tukar rupiah dan menarik lebih banyak dana asing untuk masuk ke Indonesia karena potensi return investasi yang lebih menarik,” kata Jono kepada Liputan6.com, Rabu, 24 Agustus 2022.
Dia menuturkan, saham yang mendapat sentimen positif dengan kenaikan suku bunga antara lain sektor jasa keuangan seperti perbankan atau lembaga pembiayaan karena naiknya suku bunga akan meningkatkan keuntungan dari pendapatan bunga.
"Selain itu, saham yang produknya ekspor ke luar negeri seperti pertambangan atau consumer juga dapat diuntungkan karena daya tawar produk Indonesia akan menjadi lebih kuat,” ujar dia.
Tak hanya itu, dia juga menegaskan, saham yang bisa dicermati antara lain SIDO dan MYOR.
"Saham yang dapat diperhatikan antara lain saham defensif yang memiliki keunggulan produknya dan neraca keuangan yang sehat seperti SIDO dan MYOR,” ungkapnya.
Hal perlu diperhatikan oleh investor masih terkait ketidakpastian kondisi ekonomi global yang berpotensi membuat dana asing keluar dari Indonesia, termasuk dari IHSG karena kekhawatiran para pelaku pasar terutama pada negara berkembang.
Advertisement
Bank Indonesia Bakal Kerek Suku Bunga Usai Harga BBM Resmi Naik
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) diperkirakan menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis points (bps) pada akhir tahun 2022.
Head of Fixed Income, Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar mengatakan, Bank Indonesiaakan menaikkan suku bunga secara bertahap pada kuartal III 2022.
"Jadi kalau untuk akhir tahun kemungkinan kita akan lihat ada kenaikan 50 bps point sampai akhir tahun. Tapi kalau 12 bulan kemungkinan akan terjadi kenaikan 1 persen dari tingkat suku bunga BI,” kata dia dalam acara Money Buzz, Selasa (23/8/2022).
Dengan begitu, bunga deposito juga akan meningkat. Namun, Anil mengatakan, peningkatannya mungkin tidak mengikuti BI lantaran likuiditas di sektor perbankan masih tinggi. Diperkirakan, BI akan menaikkan suku bunga saat terjadi kenaikan harga BBM.
"Kemungkinan akan bisa mulai di bulan ini atau bulan September satu kali. Nanti satu kali lagi di Oktober. Tapi menurut saya, kenaikan suku bunga BI ini yang paling logis terjadi satu bulan atau di bulan atau satu bulan setelah kenaikan harga BBM,” kata Anil.
Dia menilai, saat harga BBM mulai naik, inflasi juga akan meningkat. Sehingga memicu Bank Indonesia untuk turut menaikkan suku bunga acuan. Lantaran, hingga saat ini BI beranggapan inflasi inti masih terjaga di bawah 3 persen, sehingga tidak ada kebutuhan untuk menaikkan suku bunga saat ini.
"Tapi ketika harga BBM naik, core inflasi meningkat, pada saat itu BI mungkin akan melakukan adjustment di suku bunga,” pungkas dia.
Penutupan IHSG Rabu 24 Agustus 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada perdagangan saham Rabu, 24 Agustus 2022. Mayoritas sektor saham menghijau yang dipimpin indeks sektor saham teknologi.
Mengutip data RTI, IHSG menguat 0,44 persen ke posisi 7.194,70. Indeks saham LQ45 bertambah 0,35 persen ke posisi 1.026,60. Sebagian besar indeks acuan menghijau. Pada Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.204,42 dan terendah 7.154,64.
Sebanyak 275 saham menguat dan 246 saham melemah. 177 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.194.572 kali dengan volume perdagangan 26,9 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 12,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.865.
Mayoritas sektor saham menghijau. Indeks sektor saham IDXtechno melonjak 2,33 persen, dan catat penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXenergy mendaki 0,84 persen, indeks sektor saham IDXindustry mendaki 0,77 persen, dan indeks sektor saham IDXproperty bertambah 0,34 persen.
Selain itu, indeks sektor saham IDXfinance menanjak 0,17 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur naik 0,07 persen, dan indeks sektor saham IDXsiklikal menguat 0,09 persen.
Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu, 24 Agustus 2022 setelah indeks Dow Jones dan S&P 500 melemah pada hari ketiga di wall street.
Bursa saham China tergelincir. Indeks Shenzhen susut 2,88 persen ke posisi terendah 12.096,39. Indeks Shanghai melemah 1,86 persen ke posisi 3.215,20. Indeks Hang Seng anjlok 1,07 persen. Indeks Hang Seng teknologi merosot 2,72 persen.
Saham perusahaan kendaraan listrik Xpeng anjlok lebih dari 12 persen. Indeks Jepang Nikkei merosot 0,49 persen ke posisi 28.313,47. Indeks Topix susut 0,22 persen ke posisi 1.967,18.
Indeks Australia ASX 200 menguat 0,52 persen ke posisi 6.998,1. Sementara itu, indeks Korea Selatan Kospi naik 0,5 persen ke posisi 2.447,45. Indeks Kosdaq bertambah 1,2 persen ke posisi 793,14.
Advertisement