Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Data Pekerjaan AS

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi ikuti wall street pada Jumat pagi 2 September 2022 jelang rilis data pekerjaan AS.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 02 Sep 2022, 08:42 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2022, 08:42 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada Jumat (2/9/2022) seiring investor menantikan laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) untuk Agustus, indikator utama sebelum keputusan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) berikutnya akhir bulan ini.

Indeks harga konsumen Korea Selatan naik lebih lambat dari yang diharapkan 5,7 persen pada Agustus dari periode yang sama tahun lalu, kurang dari 6,1 persen yang diprediksi oleh analis dalam survei Reuters. Indeks Nikkei 225 di Jepang datar, sedangkan indeks Topix berada tepat di bawah garis datar. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,5 persen dan Kosdaq naik 0,92 persen.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 0,11 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang sedikit lebih rendah pada pembukaan.

Para ekonom memperkirakan 318.000 pekerjaan ditambahkan pada Agustus, lebih sedikit dari 528.000 pekerjaan yang ditambahkan pada Juli, menurut Dow Jones. Sementara itu, pengangguran diperkirakan tidak akan berubah pada 3,5 persen.

"Semua fokus hari ini adalah pada data gaji nanti malam di mana angka (bisikan) adalah untuk cetakan yang lebih kuat dari yang diharapkan, yang akan menambah argumen untuk kenaikan 75basis poin pada September," tulis  Ekonom di National Australia Bank,Tapas Strickland, dikutip dari CNBC, Jumat (2/9/2022).

Semalam di AS,indeks  Dow Jones Industrial Average naik 145,99 poin, sekitar 0,5 persen, menjadi 31.656,42. S&P 500 naik 0,3 persen menjadi 3.966,85, dan Nasdaq Composite turun sekitar 0,3 persen, menjadi 11.785,13.

 

 

Penutupan Bursa Saham Asia 1 September 2022

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik jatuh pada perdagangan Kamis, 1 September 2022 seiring investor mencerna data aktivitas pabrik China.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 2,02 persen ke posisi 6.845,60. Dolar Australia melemah ke posisi 0,6827.

Indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 1,53 persen ke posisi 27.661,47. Indeks Topix susut 1,41 persen ke posisi 1.935,49. Indeks Hang Seng merosot 1,79 persen ke posisi 19.597,31. Indeks Hang Seng teknologi terpangkas 1,63 persen.

Indeks Korea Selatan Kospi melemah 2,28 persen ke posisi 2.415,61. Indeks Kosdaq susut 2,32 persen ke posisi 788,32. Di bursa saham China, indeks Shanghai tergelincir 0,54 persen ke posisi 3.184,98. Indeks Shenzhen merosot 0,88 persen ke posisi 11.712,39. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 1,76 persen.

Indeks manajer pembelian manufaktur Caixin pada Agustus 2022 yang diriliis Kamis pekan ini menunjukkan sektor tergelincir ke dalam kontraksi bulan ini. Ini terjadi setelah data PMI Manufaktur resmi yang dirilis pada Rabu menunjukkan aktivitas pabrik menyusut di tengah peningkatan infeksi COVID-19 baru-baru ini.

Penutupan Wall Street 1 September 2022

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 1 September 2022. Pergerakan wall street pada awal September 2022 di tengah pelaku pasar menantikan laporan data tenaga kerja AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones memangkas kerugian pada hari sebelumnya. Indeks Dow Jones melompat 145,99 poin atau hampir 0,5 persen pada menit terakhir perdagangan ke posisi 31.66,42. Indeks S&P 500 bertambah 0,3 persen ke posisi 3.966,85. Indeks Nasdaq turun 0,3 persen ke posisi 11.785,13 untuk mencatat penurunan lima hari pertama sejak Februari.

Semua rata-rata indeks acuan berada di jalur untuk menyelesaikan kinerja yang lebih rendah pada pekan ini. Indeks Dow Jones susut 1,9 persen. Sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 2,2 persen dan 2,9 persen.

Pergerakan wall street juga terjadi di tengah imbal hasil treasury Amerika Serikat (AS) bertenor dua tahun mencapai 3,5 persen, yang merupakan level tertinggi sejak November 2007 pada perdagangan Kamis pekan ini. Hal itu membebani saham pertumbuhan yang sensitif terhadap tingkat suku bunga sehingga membuat keuntungan menjadi kurang menarik.

Saham Nvidia juga berkontribusi terhadap kerugian dengan turun hampir 7,7 persen setelah produsen chip itu mengatakan pemerintah Amerika Serikat membatasi beberapa penjualan di China.

 

Selanjutnya

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Saham telah merosot karena investor menanggapi komentar hawkish dari pejabat the Federal Reserve (the Fed) yang tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran kenaikan suku bunga. Pelaku pasar telah memperdebatkan apakah saham akan kembali menantang dari posisi terendah Juni. September dinilai menjadi bulan yang buruk secara historis untuk pasar.

“Terendah Juni sedang dimainkan dalam beberapa minggu mendatang karena investor saham akhirnya menyadari intensitas misi Fed,” ujar Chief Investment Officer Comerica Wealth Management, John Lynch dikutip dari CNBC, Jumat (2/9/2022).

Ia menambahkan, inflasi dan resesi biasanya disertai posisi pasar yang lebih rendah dan pasar perlu kembali menilai valuasi karena suku bunga naik.

“Pengujian posisi terendah pada Juni mungkin berhasil terbukti penting karena dapat kurangi kekhawatiran volatilitas lebih lanjut di bulan-bulan mendatang,” Lynch menambahkan.

Lynch mengatakan,  pihaknya percaya konsensus perkiraan laba pada 2023 terlalu tinggi dan dukungan teknikal akan diperlukan saat perkiraan turun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya