Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah resmi mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai Sabtu, 3 September 2022. Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut berdampak terhadap sejumlah saham pada perdagangan sesi pertama, Senin (5/9/2022).
Mengutip data RTI, indeks sektor saham transportasi dan logistik turun 1,58 persen dan memimpin koreksi pada perdagangan sesi pertama, Senin, 5 September 2022. Disusul indeks sektor saham kesehatan yang susut 1,09 persen, dan indeks sektor saham properti melemah 0,65 persen.
Baca Juga
Adapun saham-saham yang melemah imbas kenaikan harga BBM subsidi itu antara lain, saham ASSA turun 4,79 persen ke posisi Rp 1.390 per saham. Saham ASII merosot 0,36 persen ke posisi Rp 6.900 per saham, dan saham BIRD melemah 1,74 persen ke posisi Rp 1.410 per saham.
Advertisement
Selain itu, saham WEHA susut 6,4 persen ke posisi Rp 117 per saham, saham BPTR terpangkas 5,71 persen ke posisi Rp 198 per saham dan saham HATM melemah 6,13 persen ke posisi Rp 398 per saham. Saham GOTO menguat tipis 0,70 persen ke posisi Rp 286 per saham.
Adapun koreksi saham emiten transportasi dan otomotif ini terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat hingga sesi pertama.
Pada sesi pertama, IHSG naik 0,58 persen ke posisi 7.218. Indeks LQ45 menguat 0,64 persen ke posisi 1.026,32. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.233,41 dan terendah 7.147,97. Sebanyak 247 saham menguat dan 260 saham melemah. 184 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 962.126 kali. Total volume perdagangan 19,8 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 7,9 triliun.
Pada sesi pertama, sektor saham energi memimpin penguatan dengan melonjak 3,08 persen, indeks sektor saham IDXindustry naik 1,64 persen dan indeks sektor saham IDXbasic bertambah 0,82 persen. Sementara itu, indeks sektor saham logistik dan transportasi melemah 1,58 persen dan pimpin koreksi. Diikuti indeks sektor saham kesehatan susut 1,09 persen.
Adapun Pemerintah memutuskan menaikkan harga Solar subsidi menjadi Rp 6.800 per liter, Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, dan Pertamax Rp 14.500 per liter. Secara sederhana, kenaikannya berkisar Rp 1.700-2.550 per liter.
Harga BBM Naik, Pertalite Jadi Rp 10.000, Solar Rp 6.800 dan Pertamax Rp 14.500 per Liter
Sebelumnya, Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Istana Negara.
"Pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM subsidi," kata Menteri ESDM Arifi Tasrif.
Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter
"Harga BBM naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.
Kenaikan harga baru ini berlaku mulai hari ini 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
Advertisement
Harga BBM Naik Mulai Hari Ini 3 September 2022 Pukul 14.30 WIB
Sebelumnya, kenaikan harga BBM akhirnya diumumkan pemerintah. Harga BBM yang naik meliputi BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar serta BBM nonsubsidi yaitu Pertamax.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan, kenaikan harga BBM untuk ketiga jenis bahan bakar minyak ini berlaku mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
"Ini berlaku 1 Jam sejak saat diumumkan penyesuaian harga dan akan berlaku pada 14.30 WIB," kata dia di Istana Kepresidenan, Sabtu (3/9/2022).
Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter
"Harga BBM Pertalite naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.
Meneropong Gerak IHSG Usai Harga BBM Resmi Naik
Sebelumnya, Pemerintah resmi memberlakukan kenaikan harga sejumlah bahan bakar subsidi. Biasanya, pasar yang konservatif melihat kenaikan BBM akan berdampak pada turunnya daya beli masyarakat.
Namun, Chief Economist & Head of Fixed Income Research Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menilai kondisi saat ini berbeda. Di mana ada beberapa hal yang patut diperhatikan untuk menerka arah IHSG.
“Fakta lainnya adalah ketika harga BBM naik, sebenarnya perekonomian masyarakat di luar Pulau Jawa terutama yang mendapatkan pendapatan dari sawit dan batu bara itu cenderung terus tinggi,” kata dia dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (3/9/2022).
Selain itu, Fakhrul menilai kenaikan BBM akan lebih berdampak pada ekonomi kelas menengah. Di mana pendapatan kelompok ini belum naik, akibatnya terjadi penurunan minat di sektor formal. Sementara sektor informal diperkirakan tumbuh lebih tinggi.
Dengan tingginya inflasi saat ini, diperkirakan upah minimum tahun depan naik dua digit. Mengacu pada formula angka inflasi ditambah dengan pertumbuhan ekonomi.
“Dengan BBM naik, inflasi Indonesia diperkirakan 7 persen, jika ditambah pertumbuhan ekonomi 5 persen, maka untuk pertama kalinya upah minimum kita lompat di 2023 sebesar 12 persen,” ujar dia.
Advertisement
Selanjutnya
Fakhrul menambahkan, pasar biasanya akan terkoreksi saat terjadi kenaikan suku bunga yang dibarengi dengan inflasi tinggi dan current account defisit. Namun, yang terjadi saat ini tidak demikian.
“Biasanya kalau suku bunga naik dan current account defisit, market-nya turun dalam. Sekarang, faktor yang memberatkan market tinggal interest rate-nya harus naik gara-gara inflasi dan harga BBM naik,” jelas dia.
Adapun IHSG disebut sudah price in terhadap beberapa hal. Di antaranya pertumbuhan fundamental atau ekonomi dalam negeri, aliran asing yang prospektif, berlanjutnya harga komoditas yang tinggi, dan kenaikan harga BBM.
Sementara hal yang diperkirakan masih berdampak pada gerak IHSG yakni krisis energi UE dan potensi krisis kredit, Fed Fund Rate yang jauh lebih tinggi di atas 3,25 persen pada akhir tahun ini, inflasi Indonesia yang diperkirakan lebih tinggi, dan dampak terbatas pada ekonomi berpenghasilan rendah karena berkembangnya sektor informal.
“Saat ini kita dari Trimegah masih mempertahankan IHSG hingga akhir tahun di 7.100, tahun depan di 7.500,” ujar dia.
“Untuk menghadapi pasar saat ini sebaiknya tidak terlalu memperhatikan target indeks tapi kita harus lebih melihat ke selektif stock karena kondisi saat ini tidak biasa,” ia menambahkan.