Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengumumkan kinerja keuangan periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Pada periode ini, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 92,14 persen menjadi Rp 2,59 triliun dari Rp 1,35 triliun hingga September 2021.
Mengutip laporan keuangan perseroan pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (31/2022), pendapatan paling besar berasal dari Mitra Bukalapak dengan andil Rp 1,45 triliun. Disusul marketplace dan Buka Pengadaan masing-masing Rp 1,04 triliun dan Rp 107,92 miliar.
Baca Juga
Bersamaan dengan itu, perseroan mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar Rp 1,8 triliun, beban penjualan dan pemasaran Rp 819,02 miliar, beban umum dan administrasi Rp 1,87 triliun, pendapatan operasi lainnya Rp 316,37 miliar, dan laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi senilai Rp 5,13 triliun.
Advertisement
Dari rincian tersebut, perseroan berhasil mengantongi laba usaha sebesar Rp 3,53 triliun. Berbalik dari posisi per September 2021 di mana perseroan mencatatkan rugi usaha senilai Rp 1,22 triliun.
"Laba itu terutama disebabkan oleh laba nilai investasi marked-to-market dari PT Allo Bank Tbk. Oleh karena itu, Perseroan juga mencatat laba bersih sebesar Rp 3,62 triliun pada September 2022, atau meningkat sebesar 421 persen dari rugi bersih sebesar Rp 1,13 triliun pada September 2021," ungkap Sekretaris Perusahaan Bukalapak, Teddy Oetomo dalam keterangan resmi, Senin (31/10/2022).
Sejalan dengan raihan kinerja itu, Total Processing Value (TPV) selama kuartal III 2022 tumbuh sebesar 32 persen menjadi Rp 41,3 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebanyak 74 persen TPV Perseroan berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat.
Pertumbuhan Mitra Bukalapak
Mitra Bukalapak juga menghasilkan pertumbuhan yang baik. TPV Mitra pada kuartal III 2022 bertambah sebesar 23 persen menjadi Rp 19,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara akumulatif untuk periode Januri—September 2022, TPV Mitra Bukalapak tumbuh 37 persen menjadi Rp 54,7 triliun dari periode yang sama pada tahun lalu.
Pertumbuhan Mitra ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bukalapak kepada para Mitra. Pada akhir September 2022, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 15,2 juta, meningkat dari 11,8 juta pada akhir Desember 2021.
"Dengan operasional bisnis yang kuat. Bukalapak akan fokus pada pertumbuhan pendapatan, seraya terus berusaha untuk mencatat margin kontribusi yang positif. Perseroan memiliki komitmen untuk fokus pada strategi agar dapat mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan, diiringi dengan pengelolaan beban yang baik," ujar Teddy.
Hingga September 2022, rasio beban umum dan administrasi (tidak termasuk kompensasi berbasis saham) terhadap TPV membaik menjadi 1,0 persen dibandingkan dengan 1,2 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Margin kontribusi Bukalapak, yang dihitung sebagai laba kotor dikurangi beban penjualan dan pemasaran terhadap TPV, menunjukkan peningkatan dari -0,1 persen pada kuartal III 2021 menjadi 0,1 persen terhadap TPV di kuartal III 2022. Perseroan berhasil membukukan margin kontribusi positif pada pertama kalinya pada kuartal ini.
Advertisement
Aset
Margin kontribusi Marketplace Bukalapak terhadap TPV Marketplace meningkat dari 0,2 persen pada kuartal III 2021 menjadi 0,5 persen pada kuartal III 2022.
Sementara margin kontribusi Mitra terhadap TPV Mitra membaik dari -0,4 persen pada kuartal III 2021 menjadi -0,3 persen pada kuartal III 2022. Bukalapak membukukan adjusted Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (adjusted EBITDA) sebesar -Rp 327 miliar pada kuartal III 2022.
Rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,1 persen pada kuartal III 2021 menjadi -0,8 persen pada kuartal III 2022. Dari sisi aset sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 29,07 triliun, naik dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 26,62 triliun.
Terdiri dari aset lancar senilai Rp 24,12 triliun dan aset tidak lancar Rp 4,94 triliun. Liabilitas hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 1,8 triliun, turun dibanding akhir tahun lalu sebesar Rp 3,12 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 1,63 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 166,33 miliar. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 naik menjadi Rp 27,27 triliun dibanding posisi Desember 2021 sebesar Rp 26,62 triliun.
Pimpin Pasar 020, Mitra Bukalapak Topang Pertumbuhan Bukalapak
Sebelumnya, Mitra Bukalapak mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin pasar o2o di Indonesia dengan tingkat penetrasi tertinggi.
Menurut hasil riset terbaru yang dilakukan oleh Nielsen pada Mei 2022 terhadap 2.736 warung dan kios pulsa di 14 kota di seluruh Indonesia, tercatat baru 25 persen warung kelontong yang sudah terdigitalisasi.
Mitra Bukalapak memimpin digitalisasi ini dengan penetrasi sebesar 56 persen. Di kalangan warung yang menggunakan platform o2o, Mitra Bukalapak memimpin penetrasi di kategori grocery atau bahan makanan sebesar 68 persen dan kategori produk virtual sebesar 46 persen.
"Pencapaian ini juga diikuti oleh pertumbuhan bisnis Mitra Bukalapak yang konsisten meningkat. Mitra Bukalapak merupakan penggerak utama pertumbuhan Bukalapak,” ungkap CEO Buka Mitra Indonesia, Howard Gani mengatakan dalam keterangan resmi, Jumat (28/10/2022).
Pada kuartal II 2022, TPV (Total Processing Value) Mitra Bukalapak naik sebesar 25 persen menjadi Rp 17,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara kumulatif, TVP Mitra Bukalapak naik 46 persen pada paruh pertama 2022 menjadi Rp 35 triliun dibanding semester I 2021. Pada akhir Juni 2022, jumlah warung dan UMKM lainnya yang terdaftar sebagai pengguna Mitra Bukalapak mencapai 14,2 juta, meningkat dari 11,8 juta pada akhir Desember.
Dengan posisi nomor 1 di pasar o2o, Mitra Bukalapak berkomitmen untuk terus mendigitalisasi warung dan berbagai UMKM lainnya di seluruh tanah air, khususnya di kota-kota Tier 2 dan 3.
Advertisement
Potensi
Sebanyak 75 persen transaksi di Bukalapak berasal dari luar daerah Tier 1 dan ini menunjukan besarnya potensi dari kota-kota kecil di Indonesia. Namun, warung dan UMKM lainnya di daerah-daerah ini kerap mengalami kendala seperti keterbatasan akses ke infrastruktur, teknologi dan permodalan.
Hal inilah yang mendorong Mitra Bukalapak untuk terus memberdayakan UMKM dengan kemampuan untuk menjual berbagai produk fisik serta produk dan layanan virtual.
Hasilnya, para Mitra Bukalapak tercatat berhasil meningkatkan pendapatan mereka hingga 3 kali lipat sejak bergabung jadi Mitra Bukalapak.
"Kami ingin dampak yang diciptakan oleh Mitra Bukalapak dapat dirasakan secara merata dan inklusif oleh pelaku bisnis kecil di seluruh Indonesia. Karena itu, kami akan terus memperluas akses bagi para Mitra kami ke berbagai layanan dari vertikal-vertikal bisnis Bukalapak. Dengan begitu, kapabilitas bisnis mereka akan terus tumbuh dan bisa terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” ucap dia.