Restrukturisasi Utang, Intraco Penta Pede Raih Kinerja Solid pada 2023

PT Intraco Penta Tbk (INTA) telah melakukan restrukturisasi pinjaman dalam rangka penyelesaian pinjaman atau fasilitas kredit perseroan dan anak usahanya

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Des 2022, 17:34 WIB
Diterbitkan 16 Des 2022, 17:34 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Petugas kebersihan bekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Transaksi bursa agak surut dengan nyaris 11 miliar saham diperdagangkan sebanyak lebih dari 939.000 kali. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Intraco Penta Tbk (INTA) optimistis mencatatkan pertumbuhan kinerja yang baik pada 2023. Meski dibayangi resesi, Direktur Utama PT Intraco Penta Tbk, Petrus Halim mengatakan, tren penjualan alat berat diproyeksi meningkat, khususnya untuk pertambangan, perkebunan, dan proyek infrastruktur.

"Kami memandang tahun depan masih akan prospektif kendati ada bayangan resesi global. Selain mendorong kinerja pada lini utama kami alat berat, kami juga akan mengoptimalkan kinerja lini bisnis lainnya agar sinergi dan keberlanjutan bisnis tetap terjaga," kata dia dalam paparan publik perseroan, Jumat (16/12/2022).

Pada 2022, Petrus mengatakan, perseroan telah berhasil melakukan restrukturisasi pinjaman dalam rangka penyelesaian pinjaman atau fasilitas kredit perseroan dan anak usahanya, yaitu PT Intraco Penta Wahana (IPW), PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), dan PT Columbia Chrome Indonesia (CCI) terhadap Bank Mandiri.

Gayung bersambut, pertumbuhan kinerja perseroan ke depannya juga akan didorong kontribusi anak usaha perseroan, PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) yang berencana mengubah lini bisnisnya dari perusahaan pembiayaan menjadi distributor alat pengakut komersial.

Baru-baru ini, IBFN mengumumkan kerja sama penjualan dan memberikan layanan purna jual truk dan kendaraan komersial merek TATA untuk Kalimantan Timur.

"Jika nanti seluruh rencana berjalan dengan baik, dengan restu pemegang saham, kami berharap kompetensi bisnis Grup INTA akan semakin kokoh menjadi penyedia alat berat yang terlengkap dan terbaik di tanah air setelah IBFN masuk sebagai distributor alat pengangkut komersial,” imbuh Petrus.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Babak Baru Intraco Penta, Restrukturisasi Utang dari Kreditur

Intraco Penta Raih Restrukturisasi dari Bank Mandiri
Sebuah alat berat PT Intraco Penta Tbk (INTA) saat mengeruk pasir bebatuan. INTA yang bergerak dalam bidang perdagangan dan penyewaan alat berat dan suku cadang, menandatangani restrukturisasi kepada Bank Mandiri dan mendapat fasilitas baru berupa letter of credit (L/C) untuk PT Intraco Penta Wahana (IPW). (Liputan6.com)

Sebelumnya, PT Intraco Penta Tbk (INTA) mengumumkan keberhasilan dalam melakukan restrukturisasi pinjaman dalam rangka penyelesaian pinjaman/fasilitas kredit Perseroan dan anak usaha Perseroan, yaitu PT Intraco Penta Wahana (IPW), PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) dan PT Columbia Chrome Indonesia (CCI) terhadap Bank Mandiri.  

Direktur Utama PT Intraco Penta Tbk, Petrus Halim mengapresiasi dapat mengumumkan keberhasilan restrukturisasi atas kewajiban Perseroan beserta anak usahanya.

"Fasilitas restrukturisasi ini akan memungkinkan Perseroan untuk memperbaiki arus kasnya, karena beban pembayaran kepada bank kreditur menjadi lebih ringan sekaligus meningkatkan kolektibilitas usaha Intraco Penta Group secara bertahap menjadi status Lancar," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (4/11/2022).  

Transaksi ini melibatkan novasi hutang anak usaha IPW, IPPS, dan CCI, yang semua diikat dalam satu paket dengan skema restrukturisasi berupa perubahan jangka waktu pinjaman menjadi 10 tahun, terhitung sejak tanggal penandatangan Addendum Perjanjian Penyelesaian Kredit.  

Selain restrukturisasi pinjaman, perseroan juga mendapatkan fasilitas berupa Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) kepada IPW. Melalui fasilitas tersebut, INTA optimis dapat memenuhi target kinerja pada sisa tahun ini.  

“IPW memiliki principal yang siap mendukung yakni LiuGong melalui LMI (Liugong Machinery Indonesia) dan Teckhing yang kinerjanya cukup sukses pada Mining Expo yang diselenggarakan Oktober 2022," ujar dia.

Ia menambahkan, melalui fasilitas ini, perseroan yakin dapat memperoleh hasil yang lebih baik dari tahun sebelumnya karena tren penjualan alat berat yang terus bertumbuh seiring tingginya harga sejumlah komoditas khususnya pertambangan dan perkebunan yang turut mengerek penjualan alat berat Intraco Penta.

 


Intraco Penta Berharap Restrukturisasi Selesai pada 2022

Paparan publik insidentil PT Intraco Penta Tbk (INTA), Jumat, 19 Agustus 2022 (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Paparan publik insidentil PT Intraco Penta Tbk (INTA), Jumat, 19 Agustus 2022 (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Diberitakan sebelumnya, PT Intraco Penta Tbk (INTA) berupaya restrukturisasi utang Rp 2,3 triliun. Perseroan berharap restrukturisasi selesai paling cepat kuartal I dan II 2022.

Untuk menyelesaikan restrukturisasi, Intraco Penta akan optimalkan aset non core. Selain itu, dalam paparan publik Intraco Penta disebutkan untuk mencicil sisa utang sesuai waktu yang disepakati. Kemudian reorganisasi dan penggabungan anak usaha di lini bisnis alat berat dan membentuk team recovery dan collection untuk mempercepat tagihan piutang bermasalah.

"Target penyelesaian (restrukturisasi secepatnya) pada kuartal I dan II 2022. Komunikasi saat ini berjalan dengan baik dan intensif dengan kreditur utama, Bank Mandiri,” ujar Head of Finance PT Intraco Penta Tbk, Daniel Kusniadi saat paparan publik virtual, Selasa (28/12/2021).

Hingga September 2021, pendapatan usaha perseroan turun 22,08 persen menjadi Rp 443,78 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 569,57 miliar. Rugi perseroan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 196,48 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 168,15 miliar.

Total liabilitas tercatat Rp 4,19 triliun hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 4,13 triliun. Perseroan catat defisiensi modal Rp 1,46 triliun hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 Rp 1,24 triliun.

Total aset turun jadi Rp 2,72 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 2,88 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 54,47 miliar hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 Rp 37,79 miliar.

 


Selanjutnya

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, penjualan alat berat perseroan tumbuh 19 persen dari 169,2 unit hingga September 2020 menjadi 200,9 unit hingga September 2021.

Dari jumlah unit itu, penjualan alat berat hingga September 2021 mayoritas alami kenaikan antara lain untuk sektor tambang naik 46 persen, sedangkan sektor di luar pertambangan meningkat 17 persen.

Untuk belanja modal 2022, Daniel menuturkan, pihaknya sedang finalisasi. Belanja modal pada 2022 akan digunakan untuk peremajaan alat yang sudah berumur untuk disewakan.

"Sumber dana kita juga akan penjualan aset inventory cukup lama sebagai program cleaning. Sumber internal dari bisnis diharapkan membaik seiring berjalan vaksin dan situasi COVID-19 membaik. Setelah restrukturisasi berjalan baik diharapkan bantuan finansial dari institusi keuangan untuk support kembali INTA untuk belanja modal,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya