Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk saham syariah) mencapai Rp 2.375,84 triliun atau USD 151,03 miliar hingga akhir Desember 2022.
Direktur Pengaturan dan Pengembangan Perbankan Syariah OJK Nyimas Rohmah menuturkan, realisasi total aset keuangan syariah tumbuh 15,87 persen secara tahunan dari 2021.
Baca Juga
Adapun, total aset industri perbankan syariah menyentuh angka Rp 802,26 triliun dengan pangsa pasar sebesar 7,09 persen. Sedangkan, total aset perbankan secara nasional sebesar Rp11.315,79 triliun.
Advertisement
"Pertumbuhan bank syariah dari tahun ke tahun terus terjaga secara positif bahkan di pandemi, di industri perbankan nasional sempat negatif, syariah tetap bisa bertahan," kata Nyimas dalam Media Briefing, Selasa (11/4/2023).
Selain itu, total aset industri keuangan non bank (IKNB) syariah sebesar Rp146,12 triliun dengan pangsa pasar sebesar 4,73 persen. Sebagaimana diketahui, total aset IKNB secara nasional yang di angka Rp 3.089,20 triliun.
Segendang sepenarian, total aset industri pasar modal di angka Rp 1.427,46 triliun dengan pangsa pasar sebesar 18,27 persen dan total aset pasar modal secara nasional Rp7.811,96 triliun.
Di sisi lain, ia menyebut, ada tiga arah kebijakan prioritas OJK pada 2023 diantaranya penguatan sektor jasa keuangan, menjaga pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan layanan dan penguatan kapasitas OJK.
1.Penguatan Sektor Jasa Keuangan
Penguatan pengaturan, pengawasan, dan pengembangan industri jasa keuangan. Lalu, peningkatan integritas, akuntabilitas, dan kredibilitas pengelolaan investasi serta peningkatan perlindungan konsumen dan masyarakat.
2.Menjaga Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia menjadi pusat investasi syariah dan investasi hijau global. Kemudian, meningkatkan daya tarik investasi pasar keuangan domestik.
Selain itu, dukungan reformasi perekonomian dan Program Strategis Pemerintah serta perluasan akses keuangan kepada UMKM.
3.Peningkatan Layanan dan Penguatan Kapasitas OJK
Penguatan layanan OJK dan penguatan kapasitas kelembagaan baik OJK maupun di SJK.
Kinerja Pasar Modal Syariah
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan kinerja pasar modal syariah turun hingga akhir Maret 2023. Hal ini tercermin baik dari sisi indeks maupun kapitalisasi pasarnya.
Direktur Pengembangan Pasar Modal dan Pasar Modal Syariah OJK Fadilah Kartikasasi menuturkan, hingga 31 Maret 2023 Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) terkoreksi 2,97 persen menjadi 211,26 dari tahun sebelumnya 217,73.
Sedangkan, untuk kapitalisasi pasarnya menurun 0,53 persen menjadi Rp 4.760,83 triliun dari tahun sebelumnya Rp 4.786,02 triliun.
"Kami masih berjuang untuk bagaimana penurunan yang tahun 2020 itu (40,84 persen), supaya bisa kembali, tapi itu tidak mudah karena memerlukan peran dari investor yang sangat-sangat besar," kata Fadilah dalam Media Briefing, Selasa (11/4/2023).
Selain itu, kinerja reksa dana syariah meningkat 5,02 persen di angka Rp 42,65 triliun. Namun, capaian tersebut belum bisa menyamai realisasi kinerja ketika sebelum pandemi COVID-19 sebesar Rp 53,74 triliun.
Ia menuturkan, kinerja sukuk korporasi meningkat 1,25 persen menjadi Rp 43,03 triliun hingga akhir Maret 2023. Kinerja sukuk negara juga meningkat 2,24 persen menjadi Rp 1.374,48 triliun per kuartal I 2023.
"Sukuk korporasi kami melihat market sharenya masih di bawah 10 persen, sekitar 9,5 persen dan sukuk negara sekitar 8,5 persen keduanya masih berada di bawah 10 persen," kata dia.
Dengan demikian, ia menegaskan, pihaknya akan menggenjot sukuk negara dengan menjadikannya prioritas dalam rangka mencapai proporsi sebesar 20 persen dari total surat berharga negara.
Advertisement
OJK Perluas Literasi Pasar Modal Syariah hingga ke Turki dan Prancis
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) berkolaborasi mendorong diaspora Indonesia masuk pasar modal syariah tanah air.
Kepala Pengawas Eksekutif Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi mengatakan upaya itu dalam rangka pengemabnagan pasar modal syariah nasional. Kolaborasi OJK dan MES berupa peluncuran video sejarah pasar modal syariah dan video edukasi pasar modal syariah serta berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi yang telah dilakukan selama ini, yang dikukuhkan dengan penandatangan MoU.
"Pada tahun ini, sosialisasi tersebut telah menjangkau mas diaspora Indonesia di beberapa negara melalui kegiatan roadshow pasar modal syariah bersama MES perwakilan khusus Turki dan Perancis,” kata Inarno dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulan Oktober, Kamis (3/11/2022).
Selain pasar modal syariah, OJK juga melakukan kebijakan lain untuk memperkuat perlindungan investor melalui kerangka pengaturan terkait mekanisme permohonan kepailitan dan PKPU di pasar modal, khususnya perusahana efek.
"Adanya payung hukum atas pelaksanaan kewenangan OJK dalam permohonan pailit dan PKPU diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor,” kata Inarno.
Di samping itu, OJK turut memperkuat investor pasar modal melalui implementasi pelaporan transaksi efek new dalam rangka meningkatkan layanan kepada partisipan dan integritas data pelaporan transaksi efek bersifat utang dan sukuk atau EBUS. Ia menilai, pembaharuan infrastruktur TI dan fitur akan mempermudah pelaporan transaksi sekaligus meningkatkan validitas laporan melalui koneksi data PLTE dan SID KSEI.
OJK Harap Pasar Modal Syariah Berperan Dukung Keuangan Berkelanjutan
Sebelumnya, Indonesia dipercaya memegang posisi presidensi di G20 Tahun 2022. Tema yang akan diusung adalah ‘Recover Together, Recover Stronger’. Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida menilai, kepercayaan untuk memegang presidensi G20 juga berarti kepercayaan terhadap kemampuan Indonesia dalam memulihkan diri dari pandemi.
Pada saat bersamaan, Nurhaida mengatakan dunia akan memantau bagaimana Indonesia melanjutkan program-program pemulihan. Dia menuturkan, ini adalah kesempatan sekaligus juga tentunya tantangan.
“Untuk menjawab tantangan tersebut, saya berharap pasar modal syariah juga dapat berperan dalam mendukung agenda yang diusung G20 yang salah satunya adalah terkait dengan sustainable finance,” kata Nurhaida dalam opening ceremony Sharia Investment Week 2021, Kamis (11/11/2021).
Sebetulnya agenda tersebut bukan hal yang baru di pasar modal syariah. Ini sudah terdapat di road map pasar modal syariah 2020-2024. Salah satu program pengembangan produk syariah yaitu pengembangan produk pasar modal syariah berbasis socially responsible investment.
Saat ini, terdapat produk pasar modal syariah yang terkait dengan sustainable finance. Yaitu Green Sukuk Global dan Green Sukuk Ritel yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia melalui perusahaan penerbit SBSN.
“Di masa mendatang, diharapkan terdapat green sukuk atau efek syariah lain yang bertemakan sustainable finance yang diterbitkan oleh korporasi,” ujarnya.
Advertisement