Meneropong Prospek Obligasi di Tengah Suku Bunga Tinggi

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai investasi pada instrumen surat utang atau obligasi khususnya obligasi pemerintah. Berikut ulasannya.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 13 Apr 2023, 20:27 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2023, 20:27 WIB
Media Day: April 2023 by Mirae Asset, Kamis (13/4/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)
Media Day: April 2023 by Mirae Asset, Kamis (13/4/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai investasi pada instrumen surat utang atau obligasi khususnya obligasi pemerintah (SBN) cukup menarik karena saat ini tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia sudah mencapai puncaknya. 

Head of Fixed Income Mirae Asset, Nita Amalia menilai investasi pada instrumen surat utang atau obligasi khususnya obligasi pemerintah (SBN) cukup menarik karena saat ini tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia sudah mencapai puncaknya yang sebesar 5,75 persen.

Dia bilang, pihaknya menilai investasi pada obligasi tenor menengah-panjang cukup menarik saat ini agar dapat memanfaatkan momentum harga yang masih menarik di tengah suku bunga yang masih tinggi.

Di sisi lain, Nita saat ini menilai obligasi bertenor pendek masih cenderung berfluktuasi mengingat prospek ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian. 

"Dampak dari ketidakpastian global di market Indonesia ada positifnya seperti banyak asing masuk pasar obligasi," kata Nita dalam Media Day: April 2023 by Mirae Asset, Kamis (13/4/2023).

Sejak awal tahun, return obligasi juga masih positif terutama seiring dengan semakin tingginya kepercayaan investor asing pada efek utang pemerintah Indonesia. 

Ketertarikan tersebut dicerminkan oleh porsi kepemilikan surat berharga negara (SBN) oleh investor asing yang mencapai Rp 818,53 triliun atau setara dari 14,89 persen nilai beredar pada akhir Maret. Posisi investor asing pada obligasi pemerintah tersebut naik dari Rp 762,19 triliun atau 14,36 persen dari nilai beredar per akhir 2022. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Faktor Positif

Ilustrasi Obligasi
Ilustrasi Obligasi (Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Selain masuknya investor asing ke pasar efek utang Indonesia, ada dua faktor positif lain yang dapat mendukung return investasi investor pada obligasi yaitu sifat obligasi yang stabil dengan potongan pajak yang rendah, serta naiknya target nilai penerbitan obligasi pemerintah tahun ini. 

Dari sisi sifat instrumen, obligasi sering dianggap sebagai instrumen yang lebih stabil dan lebih pasti dibanding dengan instrumen investasi lain, atau bahkan sering dinyatakan sebagai “penjaga kekayaan” karena pergerakannya stabil. 

Dengan kupon pada mayoritas obligasi yang menjadi instrumen investasi retail menggunakan skema suku bunga tetap atau fixed rate, maka investor tidak perlu khawatir terhadap arus kasnya karena keuntungan bunga atau bagi hasil obligasi akan dibagikan secara berkala.

Sementara itu, Senior Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, persepsi risiko pasar akan membaik pada semester II 2023. Untuk saat ini, kebijakan moneter masih fokus kepada stabilitas, sampai dengan adanya kepastian mengenai arah suku bunga di AS. 


Pilihan Jenis Obligasi

Tiupan Terompet Warnai Penutupan IHSG 2018
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di Kantor BEI, Jakarta, Jumat (28/12). Presiden Joko Widodo atau Jokowi menutup langsung perdagangan IHSG 2018. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di antara beberapa jenis obligasi, untuk saat ini Rully menilai bahwa obligasi tenor menengah-panjang akan cenderung lebih aman karena potensi fluktuasi pasar masih cukup tinggi mengingat ketidakpastian ekonomi global juga masih tinggi. 

Karena itu, guna menghindari risiko gejolak pasar pada obligasi tenor pendek, kami menyarankan berinvestasi pada tenor menengah-panjang, atau artinya di atas 3 tahun," kata Rully.

Rully memprediksi tahun ini akan menjadi tahunnya investasi obligasi mengingat berakhirnya siklus pengetatan moneter di dalam negeri. Selain itu, di luar negeri, khususnya AS, siklus pengetatan moneter kemungkinan akan berakhir pada semester I 2023. 

"Kondisi fundamental makroekonomi dan perbankan yang masih kuat, serta tingkat imbal hasil yang kompetitif mendorong daya tarik pasar obligasi di Indonesia," tandasnya.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya