Liputan6.com, Jakarta - CEO Alphabet Inc dan Google, Sundar Pichai menerima kompensasi USD 226 juta atau sekitar Rp 3,37 triliun (kurs Rp 14.936 per USD) pada 2022. Sebagian besar berasal dari kepemilikan saham senilai lebih dari USD 218 juta.
Eksekutif perusahaan lainnya juga menerima gaji untuk tahun buku 2022, meskipun tidak sebesar gaji Pichai. Senior Vice President of Knowledge and Information Google, Prabhakar Raghavan Dan Chief Business Officer Google Philipp Schindler masing-masing mendapatkan USD 37 juta. CFO Google dan Alphabet, Ruth Porat dan Chief Legal Officer, Google Kent Walker, keduanya menghasilkan sekitar USD 24,5 juta.
Baca Juga
Melansir CNN, Minggu (23/4/2023), kenaikan penghasilan yang diterima Sundar Pichai terjadi di tengah pemangkasan tenaga kerja yang dilakukan perusahaan. Pada Januari, perusahaan induk Google, Alphabet mengumumkan akan memangkas 12.000 pekerjaan atau setara 6 persen dari total tenaga kerjanya.
Advertisement
Kompensasi rata-rata untuk karyawan Alphabet hanya di bawah USD 280 ribu. Artinya, gaji Sundar Pichai lebih dari 800 kali lipat dari kompensasi tersebut.
Kompensasi CEO yang membengkak telah menjadi topik kontroversial dalam beberapa tahun terakhir. Menurut sebuah studi oleh Economic Policy Institute, gaji untuk eksekutif atas perusahaan telah meroket sebesar 1.460 persen sejak 1978, dan lebih dari 80 persen gaji mereka biasanya terkait dengan kepemilikan saham.
"Peningkatan kompensasi CEO dan kompensasi eksekutif secara lebih umum telah memicu pertumbuhan pendapatan 1 persen teratas dan 0,1 persen teratas, menyisakan lebih sedikit keuntungan pertumbuhan ekonomi untuk pekerja biasa dan memperlebar kesenjangan antara berpenghasilan sangat tinggi dan 90 persen terbawah. Perekonomian tidak akan dirugikan jika CEO dibayar lebih rendah atau dikenakan pajak lebih tinggi," tulis analis di institut tersebut.
Data Google Trends Temukan Minat Pencarian Bitcoin Melonjak
Sebelumnya, sejak harga bitcoin naik di atas kisaran USD 30.000 atau setara Rp 441,6 juta (asumsi kurs Rp 14.721 per dolar AS) untuk pertama kalinya dalam sepuluh bulan, data Google Trends di seluruh dunia menunjukkan istilah pencarian "bitcoin" telah mencapai skor 93 dari 100 dalam tujuh hari terakhir.
Dilansir dari Bitcoin.com, Senin (17/4/2023), skor Google Trends (GT) 100 menunjukkan puncak popularitas istilah penelusuran di wilayah dan periode waktu yang dipilih. Ini juga berarti lebih banyak orang menelusuri istilah tersebut dibandingkan waktu lainnya di masa lalu.
Di sisi lain, skor nol menunjukkan data yang tidak memadai untuk mengukur istilah penelusuran. Data Google Trends, dalam hal riwayat pencarian, berasal dari 2004 dan istilah pencarian bitcoin mendapat skor 2 pada Juni 2011 untuk pertama kalinya.
Selanjutnya, volume pencarian bitcoin meningkat dalam 24 jam terakhir. Selama 30 hari terakhir, istilah pencarian memiliki skor 64 dari 100. Pada Selasa, 11 April 2023 skor untuk pencarian terkait bitcoin untuk berita adalah 54 dari 100. Namun, pada 10 April 2023, skor untuk berita bitcoin melonjak hingga 100.
Negara dengan Minat Penelusuran Bitcoin Tertinggi
Pada Selasa, sejumlah besar minat di seluruh dunia terhadap kueri penelusuran bitcoin terkait dengan El Salvador. El Salvador diikuti oleh wilayah seperti Nigeria, Belanda, Slovenia, dan Swiss dalam hal minat penelusuran bitcoin.
Meskipun popularitas bitcoin meningkat minggu ini, menurut data GT, istilah penelusuran tersebut belum mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu 100 yang dicapai pada Desember 2017.
Pada Maret 2023, data GT menunjukkan skor untuk minat pencarian bitcoin adalah 23 dari 100. Skor ini lebih tinggi dari nilai terendah 17 dari 100 pada Desember 2022.
Advertisement
Saat Kapitalisasi Pasar Saham Induk Google Alphabet Susut Rp 1.512 Triliun
Sebelumnya, saham induk usaha Google, Alphabet Inc Class A masih tertekan hingga perdagangan Jumat, 10 Februari 2023. Namun, koreksi saham Alphabet terbatas jelang akhir pekan.
Saham Alphabet merosot 0,46 persen ke posisi USD 94,57 pada Jumat, 10 Februari 2023. Koreksi saham Alphabet itu membawa kapitalisasi pasar perseroan menjadi USD 1,21 triliun.
Adapun saham induk usaha Google pada pekan ini sempat anjlok lebih dari 7 persen pada perdagangan Rabu, 8 Februari 2023. Hal itu membuat kapitalisasi pasar susut USD 100 miliar atau sekitar Rp 1.512 triliun (asumsi kurs Rp 15.125 per dolar AS). Penurunan kapitalisasi pasar tersebut setelah iklan yang dirancang untuk memamerkan bot AI barunya menunjukkan menjawab pertanyaan dengan tidak benar.
Dikutip dari BBC, ditulis Minggu (12/2/2023), Google sedang mencari cara untuk meyakinkan orang kalau perseroan masih berada di depan dalam perlombaan untuk teknologi kecerdasan buatan yang terbaik. Sejauh ini, iklan yang dirancang untuk memamerkan bot AI barunya menunjukkan menjawab pertanyaan dengan tidak benar.
Saat promosi bot yang dikenal sebagai Bard yang dirilis di Twitter pada Senin, 6 Februari 2023, bot tersebut ditanya tentang apa yang harus diceritakan kepada seorang anak berusia sembilan tahun tentang penemuan dari the James Webb Space Telescope.
Kekecewaan Investor
Ini menghadirkan tanggapan teleskop adalah yang pertama mengambil gambar sebuah planet di luar tata surya bumi, padahal tonggak sejarah itu diklaim oleh the European Very Large Telescope pada 2004, sebuah kesalahan yang dengan cepat dicatat oleh astronom di Twitter.
"Mengapa Anda tidak memeriksa fakta contoh ini sebelum membagikannya?,” ujar Chris Harrison, rekan di Universitas Newcastle.
Investor juga kecewa dengan presentasi yang diberikan perusahaan tentang rencananya untuk memakai kecerdasan buatan dalam produknya. Google meluncurkan pesaing ChatGPT bernama Bard Microsoft meluncurkan Bing baru dengan kekuatan ChatGPT.
ChatGPT “Google Killer” memicu perlombaan chatbot AI Google telah berada di bawah tekanan sejak akhir tahun lalu, ketika OpenAI yang didukung Microsoft meluncurkan perangkat lunak ChatGPT baru.
Advertisement