Liputan6.com, Jakarta - PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membukukan penurunan pendapatan dan laba pada semester I 2023.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu, 12 Agustus 2023, PT Indo Tambangraya Megah Tbk meraup pendapatan USD 1,29 miliar hingga Juni 2023. Pendapatan perseroan turun 8,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,42 miliar.
Baca Juga
Pendapatan yang merosot itu memicu laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk merosot. Laba perseroan turun 33,3 persen menjadi USD 306,94 juta pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 460,82 juta. Demikian mengutip dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI).
Advertisement
Sementara itu, beban pokok pendapatan naik 25,06 persen dari USD 672,38 juta hingga semester I 2022 menjadi USD 840,94 juta pada semester I 2023. Dengan demikian laba kotor susut 38,83 persen menjadi USD 458,24 juta pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 749,16 juta.
Artikel Indo Tambangraya Megah catat pendapatan USD 1,29 miliar menyita perhatian di kanal saham pada Sabtu, 12 Agustus 2023. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di kanal saham? Berikut tiga artikel terpopuler di kanal saham yang dirangkum pada Minggu, (13/8/2023):
1.Indo Tambangraya Megah Catat Pendapatan USD 1,29 Miliar pada Semester I 2023
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membukukan penurunan pendapatan dan laba pada semester I 2023.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu, 12 Agustus 2023, PT Indo Tambangraya Megah Tbk meraup pendapatan USD 1,29 miliar hingga Juni 2023. Pendapatan perseroan turun 8,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,42 miliar.
Pendapatan yang merosot itu memicu laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk merosot. Laba perseroan turun 33,3 persen menjadi USD 306,94 juta pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 460,82 juta. Demikian mengutip dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.Total Emisi Obligasi Tercatat Rp 79,60 Triliun Sepanjang 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi mencapai 70 emisi dari 50 emiten senilai Rp 79,60 triliun sepanjang 2023.
Mengutip data BEI, Sabtu (12/8/2023), dengan pencatatan obligasi, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 533 emisi dengan nilai nominal outstanding Rp 469,08 triliun dan USD 47,5 juta yang diterbitkan oleh 129 emiten.
Surat berharga negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 191 seri dengan nilai nominal Rp 5.536,74 triliun dan USD 486,11 juta. EBA sebanyak 9 emisi senilai Rp 3,13 triliun. Pada pekan ini tepatnya 7-11 Agustus 2023, BEI mencatat ada 10 saham, enam waran, empat obligasi dan satu sukuk.
Pada Senin, 7 Agustus 2023, obligasi berkelanjutan IV Merdeka Copper Gold Tahap III Tahun 2023 yang diterbitkan oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mulai dicatatkan di BEI dengan nilai Rp 2,55 triliun.
Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk obligasi itu adalah idA+. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai wali amanat.
Advertisement
3.IHSG Menguat 0,40 Persen, Kapitalisasi Pasar Sentuh Rp 10.056 Triliun pada 7-11 Agustus 2023
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada periode 7-11 Agustus 2023. Penguatan IHSG didorong sektor saham infrastruktur dan bahan dasar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (12/8/2023), IHSG naik 0,40 persen menjadi 6.879,97 pada 7-11 Agustus 2023. Pada pekan lalu, IHSG ditutup ke posisi 6.852,84.
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, IHSG naik didorong sektor saham infrastruktur dan bahan dasar masing-masing 1,55 persen dan 0,89 persen.
Dalam riset itu menyebutkan pekan ini indikator ekonomi makro dari ekonomi terbesar di mana negara berkembang lebih kuat dari yang diperkirakan. Di sisi lain, inflasi di Amerika Serikat (AS) terus berlanjut dengan di atas kisaran target oleh the Federal Federal (the Fed) atau bank sentral AS dan inflasi di Jerman tetap tinggi, meski tampanya tren turun sejak Februari.
Berita selengkapnya baca di sini