Data Tenaga Kerja AS Bakal Bayangi Wall Street

Sejumlah sentimen akan bayangi wall street pekan ini, terutama data tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Des 2023, 11:56 WIB
Diterbitkan 04 Des 2023, 11:56 WIB
Ilustrasi Bursa Efek New York di New York, Amerika Serikat (AS). (Foto: Darian Garcia/Unsplash)
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mencatat kinerja bulanan terbaik pada 2023. Akan tetapi, reli saham di wall street dapat melemah tergantung dari hasil laporan tenaga kerja. (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mencatat kinerja bulanan terbaik pada 2023. Akan tetapi, reli saham di wall street dapat melemah tergantung dari hasil laporan tenaga kerja.

Dikutip dari Yahoo Finance, laporan tenaga kerjapada November 2023 yang dijadwalkan rilis pada Jumat pekan ini menjadi sorotan data ekonomi selama sepekan. Selain itu, data ekonomi juga mencakup pembaruan penting mengenai aktivitas di sektor jasa, pembacaan terbaru mengenai lowongan pekerjaan dan sentimen konsumen.

Di sisi lain, bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan memasuki masa tenang jelang pertemuan berikutnya pada 12 Desember 2023.

Sementara itu, sejumlah perusahaan juga akan merilis laporan keuangan kuartalan perusahaan antara lain J.M Smucker, GameStop, Lululemon, Dollar General dan Broadcom.

Sebelumnya indeks acuan di wall street catat penguatan sepanjang November 2023. Pada bulan lalu, indeks Nasdaq melonjak 10,7 persen. Sedangkan indeks S&P 500 bertambah 8,9 persen dan indeks Dow Jones naik 8,8 persen.

Investor akan mencari tanda-tanda pendinginan lebih lanjut di pasar tenaga kerja saat laporan pekerjaan dirilis pada Jumat pekan ini.

Sebuah laporan menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja, tetapi tidak jauh di atas harapan, menambah sentimen kenaikan suku bunga the Federal Reserve (The Fed) dapat berakhir dengan “soft landing” yaitu inflasi kembali ke 2 persen tanpa penurunan besar dalam aktivitas ekonomi.

Setelah angka yang lebih lemah dari perkiraan pada Oktober, sebagian besar didorong oleh pemogokan United Auto Workers, ekonom prediksi peningkatan penambahan lapangan kerja pada November 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Antisipasi Data Tenaga Kerja AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Laporan ketenagakerjaan pada November 2023 diprediksi bertambah 200.000 pekerjaan nonfarm payroll dengan tingkat pengangguran tetap mendatar 3,9 persen, menurut data Bloomberg.

Pada Oktober, ekonomi Amerika Serikat menambah 150.000 pekerjaan sementara tingkat pengangguran mencapai level tertinggi sejak Januari 2022.

"Kami mengantisipasi melemahnya permintaan tenaga kerja dan tetap menjadi tema pada masa depan,” tulis ekonom Wells Fargi yang dipimpin Jay Bryson.

Bagi investor, laporan itu akan menjadi kunci dalam memperkuat atau bertentangan dengan sentimen pasar baru-baru ini kalau the Fed sudah selesai menaikkan suku bunga dan mungkin menurunkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan banyak orang.

The Fed berusaha meredam harapan tersebut pada Jumat, 1 Desember 2023. “Masih terlalu dini untuk menyimpulkan dengan yakin bahwa kita telah mencapai sikap yang cukup membatasi atau berspekukasi mengenai kapan kebijakan akan dilonggarkan,” ujar Ketua the Fed Jerone Powell saat pidato di Spelman College.

Komentar tersebut awalnya mengejutkan pasar dengan saham-saham jatuh beberapa menit setelah pidato dimulai, namun ketiga indeks rata-rata utama akhirnya mengakhiri hari perdagangan Jumat di zona hijau. Ekspektasi pasar terhadap kebijakan Fed juga tidak banyak berubah.

 

 


Kata Analis

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Pada Jumat sore 1 Desember 2023, pasar telah memperhitungkan kemungkinan 64% The Fed akan menurunkan suku bunga pada akhir pertemuan bulan Maret, naik dari peluang 21% seminggu sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool.

"Laporan ketenagakerjaan sangat penting, itu mungkin hal terpenting yang ada dalam kalender kita menjelang akhir tahun ini,” ujar Analis Investasi eToro AS Callie Cox mengatakan kepada Yahoo Finance.

Ia menambahkan, kelanjutan dari tren yang dilihat di pasar kerja akan menjadi hal yang baik karena hal itu akan menunjukkan The Fed mempertahankan pasar kerja yang sehat sambil menurunkan inflasi.

"Apa yang tidak ingin Anda lihat adalah pengangguran meningkat dengan cepat dan penyerapan tenaga kerja melambat dengan cepat. Anda tidak ingin melihat pergerakan yang tiba-tiba,” ujar dia.,


Penutupan Wall Street pada 1 Desember 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melesat pada perdagangan Jumat, 1 Desember 2023. Indeks S&P 500 melonjak ke level tertinggi pada Jumat pekan ini sehingga memperpanjang kenaikan November 2023.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (2/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melonjak 0,59 persen ke posisi 4.594,63. Indeks Nasdaq bertambah 0,55 persen ke posisi 14.305,03. Indeks Dow Jones melesat 294,61 poin atau 0,82 persen ke posisi 36.245,50.

Indeks Dow Jones menyentuh level tertinggi baru pada Jumat pekan ini dan membawa indeks tersebut naik hampir 9,4 persen. Indeks Dow Jones mencatat rekor tertinggi baru dan menutup bulan terbaiknya dalam lebih dari setahun.

Indeks S&P 500 ditutup ke level tertinggi sejak Maret 2022. Saham yang membawa indeks saham acuan it uke level tertinggi antara lain saham Ulta Beauty dan Boston Properties yang menguat 10,8 persen dan 11,2 persen. Selain itu, saham Paramount melompat 9,8 persen.

Sementara itu, ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell menolak ekspektasi pasar mengenai penurunan suku bunga pada masa mendatang. Ia menuturkan, terlalu dini untuk menyimpulkan dengan yakin kebijakan moneter cukup membatasi.

Sementara itu, imbal hasil obligasi susut seiring saham menguat sepanjang hari, bahkan setelah pernyataan Powell yang hati-hati karena pelaku pasar menafsirkannya sebagai sinyal kalau bank sentral setidaknya sudah selesai menaikkan suku bunga. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun lebih dari 13 basis poin menjadi 4,213 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya