Bursa Saham Asia Menguat, Indeks ASX di Australia Sentuh Level Tertinggi

Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu, 27 Desember 2023 dengan indeks ASX di Australia catat posisi tertinggi dalam dua tahun.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Des 2023, 08:47 WIB
Diterbitkan 27 Des 2023, 08:46 WIB
Bursa Saham Asia Menguat, Indeks ASX di Australia Sentuh Level Tertinggi
Bursa saham Jepang dan Korea Selatan memulai perdagangan positif pada minggu terakhir 2023, Rabu (27/12/2023) di bursa saham Asia Pasifik. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Jepang dan Korea Selatan memulai perdagangan positif pada minggu terakhir 2023, Rabu (27/12/2023). Indeks Nikkei 225 bersiap mencatat kinerja saham terbaik di bursa saham Asia Pasifik pada 2023, tetapi bursa saham China melemah.

Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 di bursa saham Jepang naik hampir 1 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Nikkei mencatat kenaikan lebih dari 27 persen sepanjang 2023. Indeks Topix bertambah 0,68 persen, dan mencatat kenaikan dalam empat hari.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,3 persen persen pada pembukaan perdagangan. Indeks Kosdaq naik 1,33 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.635, lebih tinggi dari penutupan perdagangan sebelumnya di kisaran 16.340,41.

Indeks ASX 200 di bursa saham Australia menguat 0,8 persen dan mencapai level tertinggi sejak akhir April 2022. Indeks ASX menguat lebih dari 7 persen pada 2023.

Saham di Australia telah didukung oleh harapan kalau Reserve Bank of Australia tidak lagi menaikkan suku bunga setelah bank sentral mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan terakhir 2023, dan sebagian didorong oleh sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve yang lebih dovish.

Indeks Topix menguat 23,5 persen sepanjang 2023. Sedangkan indeks Kospi naik 16,2 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong mencatat kinerja terburuk pada 2023, dengan turun sekitar 17,4 persen.

Di wall street, indeks saham acuan menguat. Indeks S&P 500 bertambah 0,42 persen. Indeks Nasdaq naik 0,54 persen. Indeks Dow Jones bertambah 0,43 persen ke posisi 37.545,33. Indeks Nasdaq 100 menguat 0,6 persen  dan catat rekor ke posisi 16.878,46.

Penutupan Perdagangan Wall Street pada 26 Desember 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada awal pekan dan minggu terakhir 2023. Pelaku pasar memanfaatkan momentum reli akhir tahun seiring harapan soft landing semakin menguat dan pembacaan yang lebih optimistis pada 2024.

Dikutip dari CNBC, Rabu (27/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 0,4 persen atau sekitar 150 poin. Indeks S&P 500 menguat 0,4 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,5 persen.

Tiga indeks saham acuan di wall street tersebut naik dua digit pada 2023 denga indeks Nasdaq memimpin kenaikan. Indeks Nasdaq bertambah lebih dari 40 persen year to date (ytd). Indeks S&P 500 berakhir dalam jarak yang sangat dekat dengan rekor sepanjang masanya, kurang dari 30 poin dari 4.796,56 yang dicatat pada awal 2022.

Lonjakan harga saham terjadi ketika wall street prediksi bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan segera akhiri kampanye pengetatan kebijakannya yang merupakan sinyal kuat perjuangan bank sentral melawan inflasi telah mengambil arah yang positif dan tegas.

Pada 2023 dimulai dengan meluasnya kekhawatiran terhadap tekanan harga dan potensi konsekuensi destruktif dari kenaikan suku bunga the Fed. Namun, ketika hari-hari terakhir 2023 telah tiba, narasinya telah beralih ke pembicaraan tentang pemangkasan suku bunga the Fed. Selain itu, kejutan terhadap seberapa besar inflasi yang telah mereda dan ketahanan pasar kerja.

Banyak pengamat pasar prediksi pertumbuhan lapangan kerja akan terpukul akibat upaya bank sentral untuk melemahkan perekonomian. Namun, tingkat pengangguran masih di bawah 4 persen.

Tantangan 2024

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain, pada 2024 akan membawa tantangan tersendiri. Resesi yang diperkirakan banyak pihak akan terjadi pada 2023 masih bisa terjadi. Ketua the Fed Jerome Powell telah menekankan waktu penurunan suku bunga bunga tidak ditentukan secara pasti.

Jika perekonomian kembali bangkit, hal ini akan mengundang kenaikan inflasi lagi. Kenaikan suku bunga yang lebih besar atau penundaan pemotongan suku bunga dapat menjadi fase selanjutnya dari tindakan kebijakan the Fed.

“Sebagian besar 2023 adalah tentang konsumen yang tangguh dan menangguh resesi yang tidak akan pernah terjadi, namun kami pikir 2024 akan lebih banyak tentang inflasi yang kembali ke target secara berkelanjutan atau inflasi yang “terjebak” dan memaksa the Fed untuk melakukan hal tersebut, memangkas jauh lebih sedikit dari perkiraan pasar,” ujar Chief Investment Officer Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli.

Sebagian besar pertumbuhan pasar saham 2023 terkait dengan tingkat pengembalian yang sehat dari perusahaan-perusahaan teknologi besar, terutama magnificent seven.

Saham Apple dan Microsoft telah naik sekitar 50 persen pada 2023, lebih dari dua kali lipat kenaikan indeks S&P 500 sebesar 24 persen.

Saham Meta mencatat pembalikan yang mengesankan. Harga saham Meta naik hampir tiga kali lipat pada 2023. Saham Nvidia telah melonjak hampir 240 persen pada 2023.

Di sisi lain, saham Intel naik lebih dari 4 persen setelah Perseroan konfirmasi mendapatkan insentif lebih dari USD 3 miliar dari pemerintah Israel untuk memperluas pabrik di negara tersebut.

Sementara itu, data real estate baru menunjukkan pembeli yang dihadapkan pada terbatasnya pasokan, terus menaikkan harga di pasar perumahan Amerika Serikat.

Kenaikan Harga Rumah

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Harga rumah naik 4,8 persen secara nasional pada Oktober 2023 dibandingkan bulan sama tahun lalu, menurut the S&P CoreLogic Case-Shiller yang diterbitkan pada Selasa pekan ini.

Indeks 10 kota menunjukkan peningkatan sebesar 5,7 persen dari bulan sebelumnya 4,8 persen. Indeks 20 kota membukukan peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 4,9 persen dari kenaikan 3,9 persen pada bulan sebelumnya.

“Harga rumah di Amerika Serikat meningkat pada tingkat tahunan tercepat tahun ini pada Oktober. Kami mengalami apresiasi harga rumah secara luas di seluruh negeri dengan kenaikan stabil yang terlihat di 19 kota dari 20 kota,” ujar Head of Commodities, Real and Digital Asset di S&P Dow Jones Indices, Brian Luke.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya