Polisi Amankan Penganiaya Pelajar SMA hingga Meninggal Usai Ujian Silat di Sidoarjo

Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Kusumo Wahyu Bintoro menyatakan, saat ini penyidik memeriksa intens pelaku.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 14 Sep 2022, 08:04 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2022, 08:04 WIB
Pemakaman siswa SMA di Sidoarjo yang tewas usai mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat perguruan silat. (Dian Kurniawan/Liputan6.com).
Pemakaman siswa SMA di Sidoarjo yang tewas usai mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat perguruan silat. (Dian Kurniawan/Liputan6.com).

 

Liputan6.com, Surabaya - Polisi mengamankan terduga pelaku penganiayaan pelajar SMA inisial ARAM hingga tewas usai mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) di salah satu perguruan silat di Sidoarjo.

Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Kusumo Wahyu Bintoro menyatakan, saat ini penyidik memeriksa intens pelaku.

“Sudah kami amankan. Akan segera kami tetapkan sebagai tersangka,” ujarnya, Selasa (13/9/2022).

Kombes Kusumo berjanji akan segara menyampaikan kepada publik terkait kasus tersebut. “Nanti akan dirilis bersama Pak Kasat (Kasatreskrim),” ucapnya.

Sebelumnya, pelajar SMA berinisial ARAM diduga meninggal dunia usai mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) di salah satu perguruan silat di Sidoarjo, pada Minggu 11 September kemarin. 

Ayah korban, Dedik Hainul Akbar (43) mengaku kaget mendengar pernyataan pihak rumah sakit, jika sang anak meninggal lantaran mengalami penyumbatan darah pada saluran pernapasan.

"Sebelum di rawat di RSUD Sidoarjo. Putra kami berpamitan untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat di perguruan silat yang diikuti," ujarnya, Senin (12/9/2022). 

Beberapa jam setelah itu, lanjut Dedik, dia mendapat kabar dari pelatih silat, jika putranya pingsan saat mengikuti ujian dan berada di RSUD Sidoarjo. Tak hanya itu, dua pelatih yang memberi kabar ke Dedik juga berdalih menanyakan apakah korban memiliki riwayat sesak nafas dan asma.

"Saat saya tanya kok bisa pingsan, mereka menjawab kecapekan setelah berlari," ucap Dedik. 

Pukulan dan Tendangan

Usai melihat kondisi putranya di ruang ICU RSUD, Dedik merasa janggal melihat hidung korban mengeluarkan darah dengan kondisi koma. Merasa ada yang aneh, Dedik kembali menanyakan ke dua pelatih putranya. Apakah ada kontak fisik saat ujian. Dua pelatih itu tetap mengaku tidak ada kontak fisik.

"Semakin sore anak saya semakin drop. Informasi dari tim medis, ada penyumbatan darah pada saluran pernapasan. Sehingga harus dipompa keluar," ujar Dedik. 

Beberapa saat, banyak anggota seperguruan datang menjenguk putranya. Dedik mendapat informasi jika saat itu terdapat kontak fisik. Dimana usai berlari, terdapat pukulan dan tendangan ke tubuh para peserta UKT termasuk putranya.

Usai mendapat kabar itu kesedihan Dedik bertambah ketika pihak RSUD menyatakan bahwa putranya telah meninggal dunia.Poto: Keluarga saat prosesi pemakaman korban ARAM di Sidoarjo

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya