Tesla Pinjam Rp 20 Triliun dari Bank Tiongkok

Pinjaman itu ditujukan untuk fasilitas baru Tesla di Shanghai.

oleh M Hidayat diperbarui 25 Des 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2019, 17:00 WIB
Papan Nama Booth Tesla di Computex 2017. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Papan Nama Booth Tesla di Computex 2017. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Tesla dilaporkan akan mendapat pinjaman berjangka lima tahun senilai 10 miliar Yuan (sekitar Rp 20 triliun) dari sejumlah bank di Tiongkok.

Pinjaman itu ditujukan untuk fasilitas baru Tesla di Shanghai. 

Mengutip Reuters, Rabu (25/11/2019), beberapa bank yang terlibat adalah China Construction Bank, Agricultural Bank of China, Industrial and Commercial Bank of China, dan Shanghai Pudong Development Bank. 

Sebelumnya pada awal tahun ini sejumlah bank Tiongkok telah menawarkan pinjaman berjangka setahun senilai 3,5 miliar Yuan. Rencananya pinjaman itu akan dilunasi pada 4 4 Maret 2020. 

Disebutkan bahwa pinjaman baru senilai 10 miliar Yuan ini sebagiannya juga akan digunakan untuk menutupi utang 3,5 miliar tersebut. Sisanya baru akan digunakan untuk fasilitas Tesla di Shanghai. 

Fasilitas di Shanghai

Diwartakan sebelumnya, Tesla telah mendaftarkan sebuah unit konstruksi di Tiongkok. Hal itu merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk masuk ke pasar mobil di Tiongkok.

Menurut Sistem Publisitas Informasi Perusahaan Nasional Tiongkok, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (3/10/2019), perusahaan berbasis di California itu telah membuka unit konstruksi di Shanghai dengan modal terdaftar senilai USD 1 juta.

Operasional

Kelak unit konstruksi itu akan menangani rancangan desain, konstruksi dan material.

Selain itu, unit tersebut mendapuk Zhu Xiaotong, sebagai petinggi Tesla di Tiongkok, yang juga merupakan perwakilan hukum perusahaan.

Tesla telah membangun fasilitas produksi mobil di Shanghai sejak Januari. Fasilitas produksi itu diperkirakan memiliki kapasitas produksi hingga 250.000 kendaraan per tahun pada tahap awalnya.

Pabrik senilai USD 2 miliar itu menjadi taruhan besar perusahaan karena menghadapi lebih banyak persaingan dari pembuat kendaraan listrik domestik dan pendapatannya telah terkena kenaikan tarif impor Amerika Serikat.

(Why/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya