Dianggap Sebar Disinformasi, Google Nonaktifkan Aplikasi Podcast

Sebuah aplikasi bernama Podcast Addict dinonaktifkan sementara (suspend) oleh Google. Aplikasi ini telah memiliki jutaan pengguna.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 20 Mei 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2020, 08:00 WIB
Kantor Baru Google di Berlin
Seorang teknisi melewati logo mesin pencari internet, Google, pada hari pembukaan kantor baru di Berlin, Selasa (22/1). Google kembali membuka kantor cabang yang baru di ibu kota Jerman tersebut. (Photo by Tobias SCHWARZ / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah aplikasi bernama Podcast Addict dinonaktifkan sementara (suspend) oleh Google. Aplikasi ini telah memiliki jutaan pengguna.

Podcast Addict dinonaktikan sementara selama akhir pekan kemarin karena konten-konten terkait Covid-19.

Pengembang aplikasi Podcast Addict Xavier Guillemane menyebut, Google menangguhkan dan menghapus iklan dari aplikasi yang sudah ada selama 9 tahun ini.

Mengutip The Verge, Rabu (20/5/2020), Guillemane menyebut, aplikasi Podcast Addict dinonaktifkan sementara karena dianggap melanggar kebijakan baru Google.

Di mana, Google mengharuskan aplikasi apapun yang mengandung konten Covid-19 mendapatkan rujukan dari badan pemerintah resmi atau organisasi kesehatan masyarakat.

SVP Platform dan Ekosistem Google Hiroshi Lockheimer mengklarifikasi tentang penonaktifan sementara aplikasi Podcast Addict ini.

Minta Pengembang Patuhi Kebijakan

Kantor Google
Kantor Google di Australia. Dok: theaustralian.com.au

Menurutnya, aplikasi Podcast Addict tidak dihapus dari platform Android. Apalagi kini tim telah bekerja untuk untuk mengembalikan kembali aplikasi Podcast Addict.

"Untuk memastikan pengguna Google Play mendapatkan informasi kesehatan yang akurat, kami mengambil pendekatan penuh hati-hati terhadap aplikasi dengan konten tentang Covid-19," kata juru bicara Google tersebut.

Pihak Google juga telah mengembalikan aplikasi Podcast Addict dan berkomunikasi dengan pengembang untuk memastikan aplikasi sesuai kebijakan Google.

Google dan Covid-19

Ilustrasi Google Chrome
Ilustrasi Google Chrome. Kredit: Simon Steinberger via Pixabay

Sebelumnya pada bulan Maret 2020, baik Google maupun Apple sama-sama menolak berbagai aplikasi berhubungan dengan virus corona yang informasinya tak bersumber dari pemerintah, rumah sakit, dan badan kesehatan dunia WHO.

Dengan begitu, aplikasi-aplikasi terkait virus corona yang menggunakan sumber tidak dikenal, tak bisa ada di toko aplikasi Apple maupun Google. Informasi ini diungkapkan oleh beberapa pengembang aplikasi iPhone.

Sementara itu untuk Android, Google tampaknya telah memblokir sebagian hasil pencarian terkait virus corona dan Covid-19. Sayangnya belum diketahui apakah perusahaan memblokir aplikasi-aplikasi baru yang terkait dengan informasi virus corona.

Sebenarnya, Google sendiri sudah memiliki kebijakan yang menyangkal keberadaan aplikasi yang berefek tragis, aplikasi yang kurang sensitif atau memanfaatkan bencana, kekejaman, konflik, dan kematian.

Pihak Google juga menolak untuk berkomentar terkait masalah ini. Namun, Google mengarahkan The Verge ke serangkaian aplikasi yang telah disetujui, dalam hal pemberian informasi terkait virus corona.

Misalnya informasi di aplikasi bakal diberi izin, jika berasal dari Palang Merah Amerika, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, serta Doctor on Demand, dan aplikasi resmi Twitter Android serta News 360.

Aplikasi-aplikasi eksisting yang tak bersumber informasi dari pihak kredibel pun bisa saja dihapus.

(Tin/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya