Selama Menjabat, SBY Pangkas 4,5 Juta Orang Miskin

SBY mengatakan, meski jumlah orang miskin turun, pemerintah terus berupaya mencapai angka nol kemiskinan absolut di Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Agu 2014, 10:58 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2014, 10:58 WIB
Kompleks Gedung DPR
Kompleks Gedung DPR (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengklaim menurunkan jumlah penduduk miskin sekitar 4,5 juta orang dalam lima tahun terakhir. Angka kemiskinan ini menurun sejak 2004.

"Pada 2009, persentase penduduk miskin masih mencapai 14 persen atau sekitar 32 juta penduduk berada di bawah garis kemiskinan. Pada Maret 2014, tingkat kemiskinan turun menjadi 11 persen atau sekitar 28 juta penduduk," ujar Presiden saat pidato Hari Raya Ulang Tahun ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia di gedung  MPR dan DPR, Jumat (15/8/2014).

Menurut SBY, walau terus menurun, pemerintah tidak puas dengan angka itu. Pemerintah terus berupaya mencapai angka nol kemiskinan absolut di Indonesia.

Presiden juga menyampaikan, efektivitas pembangunan tidak semata-mata diukur dari pengentasan kemiskinan tetapi juga pertumbuhan kelas menengah.

"Sebenarnya, Pemerintah selama ini mempunyai tujuan ganda yakni menurunkan secara sistematis dan signifikan angka kemiskinan, dan bersamaan dengan itu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kelas menengah," ujarnya.

SBY meyakini bahwa pada abad ke-21 ini, kemajuan Indonesia bukan diukur dari jumlah konglomerat namun diukur dari jumlah kelas menengah yang terus membesar. Diperkirakan jumlah kelas menengah di indonesia tumbuh 8 juta per tahun.

Ketika jumlah kelas menengah membesar, ia menambahkan, berarti kemiskinan otomatis menurun karena yang masuk menjadi kelas menengah adalah dari golongan miskin yang berhasil mengubah nasibnya.

"Buruh tani yang menjadi pemilik lahan, karyawan yang menjadi manajemen; si miskin yang menjadi pengusaha, dosen atau pejabat,"  tutur SBY.

Ia mengatakan, revolusi besar abad 21 juga dimotori kelas menengah dengan segala pencapaian. Adapun revolusi itu merupakan transformasi kreatif. SBY menceritakan, dalam forum ekonomi Indonesia yang dilakukan di Filipina baru-baru ini, Indonesia mendapatkan tanggapan positif.

"Indonesia beruntung selama 10 tahun ini mengalami masa keemasan. Ini bukan basa basi. Ini penilaian objketif independen, dan Indonesia beruntung memiliki perdamaian, kerukunan sosial, dan pertumbuhan ekonomi, yang jadi modal politik Indonesia," kata SBY. (Ahm/)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya