Pengusaha akan Kurangi Produksi Bibit Anak Ayam

Pengurangan produksi sebagai supaya menjaga kestabilan harga bibit ayam.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 16 Des 2014, 18:25 WIB
Diterbitkan 16 Des 2014, 18:25 WIB
Penjual Ayam di Palu

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Produsen Pakan Indonesia berencana mengurangi produksi day old chicken atau bibit ayam pada tahun depan. Pengurangan produksi sebagai supaya menjaga kestabilan harga bibit ayam.

"Kita akan mencoba untuk mengurangi suplai secara nasional. secara bertahap ada terjadi over suplai, jadi asosiasi melalui GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas) mau mengurangi secara 20-30 persen," kata Sekjen Asosiasi Produsen Pakan Indonesia Desianto B Utomo, di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Dia mengatakan dengan pembatasan bibit ini diharapkan komoditas hewan ayam tidak terlalu membanjiri pasar. Sebab jika pasokan melimpah akan membuat harga ayam jatuh.

Selanjutnya jika suplai sudah bisa dikontrol diharapkan harga BOC maupun live bird bisa naik secara spontan.

Utomo yang juga menjabat sebagai Vice President Feed Technology Division Charoen Pokphand menuturkan saat ini di perusahaannya tersebut terdapat idle capacity.

"Kalau kemampuan produksi nasional ada idle capacity dari sisi pakan ternak maupun produksi DOC. Kemampuan terpasang produksi DOC kita itu hampir 55-60 juta per minggu. Padahal demand hanya 44-45 juta per minggu.  Di pabrik pakan pun kita punya kapasitas terpasang sekitar 20 juta ton per tahun, produksi sekarang baru sekitar 15,5 juta ton. Jadi ada 20-25% idle capacity," terang Utomo.

Ekspor ke Jepang

Utomo mengungkapkan pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan ekspor bibit ayam. Negara yang menjadi target ekspor adalah Jepang.

"Sejauh ini masih dalam negeri, tapi dalam waktu dekat kita mau ekspor ke Jepang," tuturnya.

Ia mengatakan ekspor dimulai awal tahun depan, pada Januari 2015. Besaran bibit ayam yang diekspor tidak signifikan.

"Potensi ekspor kurang lebih sekitar 2 persen dari produksi nasional, masih kecil. Kalau kita tahu bahwa Jepang itu paling rigid dan paling strict soal food safety. Once kita bisa ekspor ke Jepang, negara-negara lain di dunia kita juga bisa ekspor," tandas Utomo.(Silvanus/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya