Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut total biaya usaha tanaman kedelai terlalu tinggi dibandingkan nilai produksinya. Ongkos produksi yang melampaui hasilnya ini menyebabkan kurang efisien sehingga petani atau pelaku usaha mengalami kerugian.
Kepala BPS, Suryamin menuturkan, berdasarkan lanjutan hasil Sensus Pertanian (ST) 2013 di periode tahun ini, nilai produksi usaha tanaman kedelai per musim tanam per satu hektare (ha) mencapai Rp 9 juta. Namun total biayanya melampaui sedikit sebesar Rp 9,1 juta.
Baca Juga
"Ini sangat nggak efisien," ungkap dia dalam Paparan Struktur Ongkos Biaya ST 2013 di kantornya, Jakarta, Selasa (23/12/2014).
Advertisement
Berbeda, lanjutnya, usaha tanaman pangan lain justru lebih menggairahkan karena total biaya usaha tanaman padi dan jagung lebih rendah dari total biaya per musim tanam per satu ha.
Usaha tanaman padi sawah mencatatkan nilai produksi sebesar Rp 17,2 juta dengan ongkos produksi Rp 12,7 juta per musim tanam per satu ha.
Sementara realisasi total biaya usaha tanaman padi ladang mencapai Rp 7,8 juta, namun nilai produksinya jauh lebih tinggi sebesar Rp 10,2 juta per musim tanam per satu ha. Total biaya dan nilai produksi usaha tanam jagung masing- masing sebesar Rp 9,1 juta dan Rp 12 juta.
"Usaha tanaman padi sawah, padi ladang, dan jagung cukup efisien," tutur Suryamin.
Total ongkos produksi, kata dia, sebagian besar terserap untuk membayar upah pekerja dan jasa pertanian. Masing-masing usaha tanaman mengeluarkan biaya upah pekerja dan jasa pertanian sebesar 48,23 persen untuk usaha tanaman padi sawah, padi ladang 62,36 persen, jagung 44,93 persen dan 44,82 persen kedelai.
Komponen biaya terbesar lainnya disumbang dari sewa lahan, yakni 29,86 persen untuk usaha tanaman padi sawah, padi ladang 17,74 persen, 27,71 persen sewa lahan di usaha tanam jagung dan 35,64 persen untuk sewa lahan usaha tanam kedelai.
"Pengeluaran lainnya, pupuk, bibit atau benih, sewa alat atau sarana usaha dan pestisida serta bahan bakar," pungkas Suryamin. (Fik/Ahm)