RI Butuh Smelter Tembaga Berkapasitas 4,6 Juta Ton

Saat ini smelter yang sudah pasti ada adalah smelter Gresik I di Jawa Timur berkapasitas 1 juta ton.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Mar 2015, 21:21 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2015, 21:21 WIB
Ilustrasi Smelter
Ilustrasi Smelter (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan, Indonesia membutuhkan empat pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga dengan total kapasitas 4,6 juta ton.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, R Sukhyar mengatakan, smelter tersebut untuk mengolah produksi konsentrat lima pemegang Kontrak Karya yaitu PT Freeport Indonesia, PT Newmont Nusa Tenggara, PT Kalimantan Kalimantan Surya Kencana, PT Gorontalo Minning dan Sumba Minning dan 68 Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada 2025.

Sukhyar mengungkapkan, pada 2025 diperkirakan produksi Freport  mencapai 3 juta ton hingga 3,8 juta ton, Newmont mencapai 1,75 juta ton,
Gorontalo Mining sekitar 200 ribu ton hingga 400 ribu ton, dan kalimantan Surya Kencana rata-rata 200 ribu ton, sedangkan Sumba Minning dan 68 IUP belum diketahui jumlah produksinya.

"Nanti pasca 2025 ada 4,3 juta ton hingga 4,6 juta ton konsetrat, baru 4 perusahaan dari 5 perusahaan," kata Sukhyar, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (3/2/2015).

Ia menambahkan, saat ini smelter yang sudah pasti ada adalah smelter Gresik I di Jawa Timur berkapasitas 1 juta ton dan smelter itu sudah beroperasi. Sedangkan smelter Gresik II sedang dalam proses pembangunan berkapasitas 2 juta ton, dan smelter Papua berkapasitas 900 ribu ton.

Menurut Sukhyar, Indonesia membutuhkan satu smelter lagi, untuk mengolah konsetrat tembaga tersebut, dengan kapasitas 500 ribu ton sampai 700 ribu ton. "Satu lagi lebih dari 500, karena Sumbawa Minning belum masuk, 68 IUP belum," tuturnya.

Namun, saat ini belum ada pihak yang berminat untuk membangun smelter tambahan tersebut. Sukhyar berharap pada 2022 sudah ada investor yang membangun.

"Pertanyaanya siapa yang bangun belum ada, ini bisa ditawarkan swasta. Kami harus siap-siap jadi 2022 sudah mulai membangun dan 2025 sudah dapat pasokan," pungkasnya. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya