Jurus Pemerintah Kuatkan Rupiah

Pemerintah terus mencoba memperbaiki fundamental ekonomi dengan mengendalikan inflasi dan neraca perdagangan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Jun 2015, 12:25 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2015, 12:25 WIB
Diskusi Menagih Janji Kesejahteraan Daerah
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembicara dalam diskusi ekonomi politik di Jakarta, Minggu (24/5/2015). Diskusi tersebut mengangkat tema Menagih Janji Kesejahteraan Daerah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mempunyai beberapa cara menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Salah satunya adalah dengan meningkatkan kepercayaan investor dengan memberikan beberapa sentimen positif di pasar keuangan.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah selalu mengeluarkan pernyataan yang bisa memberikan sentimen positif ke pasar. Salah satu pernyataan yang dilontarkan adalah bahwa pemeirntah akan terus berusaha menjaga pertumbuhan ekonomi berada di level yang ditargetkan.

"Dari pemerintah kami berupaya menciptakan dan juga menumbuhkan sentimen positif untuk memperbaiki keyakinan pelaku ekonomi sehingga bisa membantu penguatan nilai rupiah," kata Bambang, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Bengkalis, Riau, Rabu (17/6/2015).

Bambang mengungkapkan, selain cara tersebut, pemerintah juga terus mencoba memperbaiki fundamental ekonomi dengan mengendalikan inflasi dan neraca perdagangan. "Jadi kami upayakan inflasi dikendalikan dan neraca perdagangan tidak memberatkan, kemudian dari sisi APBN jadi lebih baik pada bulan-bulan ke depan," tuturnya.

Ia menambahkan, menjaga kekuatan rupiah sebenarnya merupakan tugas Bank Indonesia. Ia berharap Bank Indonesia terus menjaga stabilitas rupiah. "Urusan jaga mata uang rupiah utama Bank Indonesia, kami harapkan Bank Indonesia terus hadir di pasar menjaga stabilitas rupiah," pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, kondisi nilai tukar rupiah seperti ini sangat berdampak besar kepada dunia usaha.

"Sudah pasti ada dampak bagi dunia usaha terlebih yang memiliki ketergantungan bahan baku dari luar. Mau tidak mau sangat terpengaruh. Contohnya industri kecil dan menengah seperti pengrajin tahu tempe. Selain itu, industri kelas menengah seperti garmen pun juga akan menjerit," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Menurutnya, pemerintah harus segera mengambil langkah taktis untuk mengatasi hal ini. Pasalnya, tren rupiah saat ini berbeda dengan mata uang negara lain.

"Memang pelemahan mata uang bukan hanya dialami oleh Indonesia saja, termasuk Malaysia, Jepang, dan beberapa negara Eropa. Tetapi mereka trennya menurun, tetapi kalau kita stabil tinggi dan kecenderungannya naik," katanya.

Hingga saat ini, lanjut Sarman, dirinya belum melihat langkah konkrit dari pemerintah untuk mengatasi hal ini. Padahal dampak dari pelemahan rupiah ini begitu nyata, yaitu melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015.

"Kami belum lihat langkah strategis yang dilakukan pemerintah terhadap fenomena ini. Ini jadi penyebab pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal I hanya tumbuh 4,7 persen. Ini ada hubungan dengan rupiah," tandasnya. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya