Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah masih tertekan di kisaran 13.460 per dolar AS jepang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang berlangsung Selasa (28/7/2015) malam waktu Jakarta. Sentimen lain yang juga menekan nilai tukar rupiah adalah kekhawatiran dari pelaku pasar akan anjloknya bursa saham China yang merupakan rekan dagang utama Indonesia.
Mengutip Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Selasa (28/7/2015), nilai tukar rupiah melemah ke level 13.460 per dolar AS. Angka tersebut melanjutkan pelemahan rupiah pada perdagangan sehari sebelumnya yang masih berada di level 13.453 per dolar AS. Jika dihitung dari awal bulan, nilai tukar rupiah telah melemah 1,08 persen.
Sementara, data valuta asing Bloomberg mencatat, nilai tukar rupiah tak banyak bergerak dan berkutat di kisaran 13.450 per dolar AS hingga 13.475 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Rupiah tercatat dibuka di level 13.462 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta menjelaskan, sentimen utama yang mendorong pelemahan rupiah memang berasal dari eksternal yaitu sentimen kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Spekulasi mengenai kenaikan suku bunga belum berakhir. Dengan adanya FOMC The Fed tersebut, spekulasi semakin tinggi. "Nilai tukar rupiah dan mata uang negara berkembang lain masih akan mengalami volatilitas tinggi," jelasnya.
Beberapa data ekonomi AS menunjukkan perbaikan sehingga memunculkan spekulasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada September nanti setelah rencana awal menaikkan suku bunga di Juni kandas. Dengan rencana kenaikan suku bunga tersebut membuat dana-dana asing yang parkir di negara berkembang akan pulang sehingga menekan rupiah.
Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro sebelumnya juga mengungkapkan, rupiah tertekan bukan karena imbas Yunani, melainkan tren penguatan dolar AS karena sinyal kebijakan The Fed. "Karena ada sinyal The Fed akan naikkan Fed Fund Rate sebelum akhir tahun. Itu dijadikan spekulasi oleh investor mata uang," ujarnya.
Bambang mengaku, meski kurs rupiah terhadap dolar AS melemah, tapi terhadap mata uang Euro dan Dolar Australia, rupiah menguat. Penyebabnya, sambung dia, karena dolar AS dijadikan sebagai aset safe heaven. (Sis/Gdn)
Jelang Pertemuan The Fed, Rupiah Semakin Loyo
Nilai tukar rupiah masih melemah di kisaran 13.460 per dolar AS menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) malam nanti.
diperbarui 28 Jul 2015, 11:41 WIBDiterbitkan 28 Jul 2015, 11:41 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
AC Milan dan AS Roma Berusaha Akhiri tahun 2024 dengan Kemenangan di Liga Italia
Akhiri Konflik, Fonseca dan Theo Hernandez Siap Hadapi Roma
Produksi Toyota Turun Lagi dalam 10 Bulan Berturut-turut
Korban Tewas Akibat Kecelakaan Jeju Air di Korea Selatan Bertambah Jadi 62 Orang
Dalam Tren Positif, Pelatih Venezia Ajak Tim Tunjukkan Semangat Juang saat Jay Idzes dan Kawan-kawan Hadapi Napoli di Liga Italia
Jangan Sampai Salah, Begini Cara Cek Kuota Sekolah dan Akreditasi PTN dan Prodi untuk SNBP 2025
12 Wisata Wonogiri yang Sayang Dilewatkan, dari Pantai hingga Pegunungan
Potret Keren Stadion Kanjuruhan Malang Usai Renovasi
600 Profesional IT Kumpul untuk Bahas Perlindungan Data hingga Pengawasan Video Berbasis AI
Prediksi Serie A AC Milan vs AS Roma: Duel Raksasa Tertidur
Inilah 3 Daerah di Indonesia yang Pernah Menjadi Ibu Kota Selain Jakarta
Malunya Ananta Rispo Setelah Nikita Willy Sebut Fico Fachriza Utang Rp28 Juta: Aduh, Kok Bisa Ya?