Fenomena Super Dolar AS Bakal Guncang Sampai 3 Tahun ke Depan

Indonesia perlu mewaspadai kondisi perekonomian China yang diramalkan mengalami pelemahan di tahun depan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Agu 2015, 19:04 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2015, 19:04 WIB
20150824-Dollar-Mengguat
Petugas menunjukan uang pecahan US$100 di penukaran uang Jakarta, Senin (24/8/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Posisi dolar terus beranjak hingga di kisaran Rp 14.150. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan ‎fenomena super dolar Amerika Serikat (AS) akan berlangsung hingga tiga tahun mendatang. Penyebabnya karena potensi kenaikan tingkat suku bunga acuan (Fed Fund Rate) dan perbaikan ekonomi AS.

Gubernur BI, Agus Martowardojo masih memproyeksikan asumsi makro ekonomi Indonesia pada tahun depan selaras dengan patokan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016.

"Tapi dua faktor yang harus diwaspadai adalah perkembangan ekonomi AS dan kemungkinan kenaikan Fed Fund Rate di kuartal III ini. Pernyataan‎ Gubernur Bank Sentral AS malah suku bunga dinaikkan dengan level kecil dan gradual," ujar dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Katanya, kebijakan atau dua faktor tersebut semakin memicu kondisi ketidakpastian bagi perekonomian dunia dan mata uang dolar AS diperkirakan akan terus menguat sampai beberapa tahun mendatang.

"Ini membuat ketidakpastian, sehingga fenomena super dolar AS bisa terjadi dua atau tiga tahun ke depan. Karena indikator angka penyerapan tenaga kerja atau data pengangguran mengalami perbaikan," terang dia.

Selain itu, tambah Agus, Indonesia perlu mewaspadai pula kondisi perekonomian China yang diramalkan mengalami pelemahan di tahun depan dibanding proyeksi tahun ini. Pertumbuhan ekonomi China dikoreksi menjadi 6,8 persen dari sebelumnya 7,4 persen.

"Ekonomi China di 2016 belum tentu seperti sekarang, karena mungkin bisa lebih rendah pertumbuhannya. Jadi ini perlu diwaspadai," ujarnya. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya