Sentimen The Fed Seret Rupiah Sempat Sentuh 13.712 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 13.600-13.700 pada awal pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Nov 2015, 11:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2015, 11:00 WIB
20150923-Dollar-Naik-Jakarta
Petugas menunjukkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (23/9/2015). Mata uang Rupiah sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) di sektor non pertanian yang meningkat menjadi 271 ribu telah meningkatkan harapan peluang bank sentral AS menaikkan suku bunga pada Desember 2015. Sentimen eksternal itu menekan nilai tukar rupiah di awal pekan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (9/11/2015), nilai tukar rupiah dibuka melemah 148 poin menjadi 13.712 per dolar AS. Padahal penutupan perdagangan Jumat 6 November 2015, rupiah berada di kisaran 13.564 per dolar AS. Rupiah pun akhirnya kembali ke level 13.666 per dolar AS pada pukul 10.26 WIB. Pada Senin pagi ini, rupiah berada di kisaran 13.633-13.730 per dolar AS. 

Demikian juga dengan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor). Rupiah melemah 137 poin menjadi 13.687 per dolar AS pada perdagangan 9 November 2015 dari periode Jumat 6 November 2015 di level 13.550 per dolar AS.

Sejumlah ekonom menilai rilis data ekonomi AS yang melebih harapan terutama data tenaga kerja telah menekan laju nilai tukar rupiah. 

"Data penyerapan tenaga kerja AS mencapai 271 ribu pada Oktober 2015, ini jauh di atas harapan pelaku pasar. Dengan data ini kemungkinan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada Desember," ujar David Sumual, Ekonom BCA saat dihubungi Liputan6.com.

Sentimen rilis data tenaga kerja itu juga menekan nilai mata uang Asia. Hal itu seiring dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang di Asia. David menuturkan, mata uang Malaysia Ringgit dan Korea Selatan Won memimpin penurunan mata uang terhadap dolar AS.

Ringgit turun 1,2 persen pada pukul 10.31 waktu Kuala Lumpur. Penurunan ini terbesar dalam tiga minggu. Ringgit telah melemah 19 persen sepanjang 2015, dan memimpin penurunan terburuk di Asia. Sedangkan Won susut 0,9 persen.

"Penguatan dolar AS pada awal pekan ini seiring data penyerapan tenaga kerja AS begitu kuat menekan mata uang di Asia. Apalagi China minim sentimen, dan itu tidak menolong," ujar Kepala Riset Macquarie Bank Ltd Nizam Idris.

Sementara itu, Analis Pasar Uang PT Bank Woori Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan data ekonomi Indonesia terutama deflasi terjadi pada Oktober masih menjadi sentimen positif internal. Dengan deflasi tersebut membuat inflasi terkendali pada 2015. Bank Indonesia menargetkan infilasi empat persen dengan plus minus satu persen. "Rupiah akan bergerak di kisaran 13.600-13.700 per dolar AS pada hari ini," ujar Rully. (Ahm/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya