Ikuti Wall Street, Bursa Asia Kompak Melemah

Saham Asia kembali melemah dan melangkah lebih jauh dari level tertinggi selama dua bulan pada perdagangan Rabu (9/3/2016).

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 09 Mar 2016, 08:40 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2016, 08:40 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Saham Asia kembali melemah dan melangkah lebih jauh dari level tertinggi selama dua bulan pada perdagangan Rabu (9/3/2016). Hal ini dipicu data perdagangan China yang mengkhawatirkan investor dan turunnya harga minyak dunia.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen pada awal perdagangan, menumpahkan 1,4 persen dari dua bulan yang menyentuh level tinggi pada hari Senin. Nikkei Jepang turun 1,0 persen pada perdagangan pagi.

"Meskipun harga minyak telah meningkat tajam dari palung, banyak investor yang belum yakin dan saya menduga mereka dihakimi sekarang adalah saat yang tepat untuk menjual," kata Tatsushi Maeno, managing director PineBridge Investasi dilansir dari CNBC, Rabu (9/3/2016).

 

"Tapi saya percaya bahwa tahun ini ekonomi global akan terbukti lebih baik dari tahun lalu," tambahnya.

Saham AS juga berakhir di dekat posisi terendah hari Selasa karena saham energi anjlok, kehilangan tajinya setelah mencapai level tertinggi dua bulan pada hari Jumat.

S&P 500 Index kehilangan 1,12 persen menjadi 1.979.26 sedangkan Nasdaq teknologi berat turun 1,26 persen menjadi 4.648.83.

Pembalikan datang karena harga minyak jatuh sekitar 3 persen pada Selasa, mengakhiri enam hari keuntungan untuk patokan minyak mentah Brent berjangka, berikut data industri menunjukkan stok AS mencapai rekor tertinggi lagi minggu lalu.

Bursa saham AS jatuh pada hari Selasa waktu setempat atau Rabu (9/3/2016) WIB.

Penurunan dipicu data perdagangan China yang lembut menghidupkan kembali kekhawatiran bahwa ekonomi global lebih lemah daripada yang diantisipasi, juga karena penurunan harga minyak mentah yang membawa turun saham energi.

Kinerja perdagangan Februari China jauh lebih buruk dari yang diharapkan ekonom. Ekspor jatuh paling besar dalam lebih dari enam tahun. Penurunan impor bulanan 16 kali berturut-turut membebani saham di sektor bahan dasar, yang turun 1,7 persen.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya