Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia turun lebih dari satu persen pada awal pekan ini usai kenaikan pasokan minyak mentah dan kekhawatiran penambahan bahan bakar baru.
Hal itu ditunjukkan dari laporan Genscape. Genscape melaporkan kalau ada pasokan minyak baru sekitar 26.460 barel di Cushing, Oklahoma hingga 15 Juli 2016.
Morgan Stanley menyatakan kalau keseimbangan pasokan dan permintaan minyak mentah mulai pertengahan 2017. Namun ada sejumlah kendala yang mempengaruhi pasar seperti geopolitik yang menambah ketidakpastian.
Seperti diketahui, sebuah kudeta di Turki membuat selat Bosphorus yang dilalui sekitar tiga persen dari pengiriman minyak dunia terutama dari pelabuhan Laut Hitam dan wilayah Kaspia sempat ditutup, dan kembali dibuka.
Baca Juga
Harga minyak juga sempat turun ke level terendah saat serikat pekerja Wood Group mengatakan akan mogok kerja pada 26 Juli dan pemeliharaan gas di Royal Duth Shell di laut utara juga akan menganggu operasi.
Sentimen-sentimen itu membuat harga minyak dunia tertekan. Harga minyak Brent melemah 65 sen atau 1,4 persen menjadi US$ 46,96 per barel. Harga minyak dunia untuk West Texas Intermediate (WTI) merosot 71 sen atau 1,6 persen menjadi US$ 45,24 per barel.
"Kami mempertahankan level harga minyak rendah untuk WTI dan Brent masing-masing US$ 37 dan US$ 38," ujar Jim Ritterbusch, Konsultan Ritterbusch dan Associates seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (19/7/2016).
Sebelumnya harga minyak naik hampir 75 persen dari posisi terendah dalam 12 tahun sekitar US$ 27 untuk Brent dan US$ 26 untuk WTI pada kuartal I 2016. Reli harga minyak terhenti di level US$ 50 per barel pada Mei karena kekhawatiran harga tinggi dapat mendorong produksi minyak lebih banyak lagi. (Ahm/Ndw)
Advertisement