Liputan6.com, New York - Harga emas naik terpicu laporan data perekonomian di Asia dan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah.
Harga emas untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,3 persen menjadi US$ 1.347,50 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange, dan diperdagangkan ke posisi terendah US$ 1.340,90 pada awal sesi.
Harga emas terdorong dolar yang melemah. WSJ Dollar Index, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya, baru-baru ini turun 0,2 persen menjadi 86,18.
Emas cenderung mendapatkan dukungan dari pelemahan mata uang AS, yang membuat logam denominasi dolar lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Kenaikan harga logam mulia juga didukung data yang menunjukkan ekonomi Jepang hampir terhenti pada kuartal kedua. Dengan tumbuh tahunan 0,2 persen dari April sampai Juni.
"Data PDB Jepang datang di bawah ekspektasi. Yang bisa menunjukkan pelonggaran fiskal sedikit berasal dari Jepang, "kata Nitesh Shah, Ahli Komoditas Strategi di ETF Securities.
Memang, kebijakan moneter yang longgar cenderung meningkatkan permintaan emas, yang dipandang sebagai tempat berlindung dari inflasi dan pelemahan mata uang.
Namun, analis di Commerzbank mengatakan aksi profit taking telah membebani emas dalam beberapa sesi perdagangan terakhir dan kemungkinan harga akan terus tetap.
Harga emas sempat melonjak di atas US$ 1.360, setelah AS mengumumkan angka penjualan ritel yang lemah pada Jumat, sebelum membalikkan keuntungan dan menutup lebih rendah.