Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut diperkirakan dapat tercapai ditunjang konsumsi rumah tangga dan investasi.
Head of Intermediary PT Schroder Investment Management Indonesia Teddy Oetomo menilai target pertumbuhan ekonomi 5,1 persen oleh Pemerintah cukup realistis. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 masih ditopang dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Hal itu mengingat ekonomi global dunia masih melambat.
Namun, sejumlah perbaikan aturan dan langkah pemerintah memudahkan investasi di Indonesia dapat membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
"Pertumbuhan ekonomi 5,1 persen dari domestik bisa sangat tercapai. Saya selalu bilang 3-4 tahun ekonomi tumbuh 6 persen kontribusi dari ekspor dunia lagi bagus. Kalau domestik kita dari tahun 2011 kemampuan domestik kita pertumbuhannya 5-5,3 persen sehingga mencapai 5,1 persen secara domestik kita sendiri mampu. Konsumsi dalam rumah tangga dan investasi sangat mampu," ujar Teddy saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (3/1/2017).
Baca Juga
Teddy juga melihat cara penyampaian komunikasi pemerintah terutama Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai pertumbuhan ekonomi 5,1 persen pada 2017 cukup baik. Hal itu mengingat respons investor asing dan analis global cukup positif dengan melihat target pertumbuhan ekonomi 5,1 persen merupakan sesuatu kredibel.
"Yang menarik ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani targetkan 5,1 persen (pertumbuhan ekonomi) itu respons beda. Analis bank luar dan sebagainya ini melihat kredibel. Ini pertama kali Indonesia berikan estimasi kredibel. Saya melihat ini sesuatu yang kredibel, bahkan bisa lebih tinggi. Ibu Sri Mulyani main aman. Cara komunikasinya bagus. Estimasi target 5,1 persen ini prudent. Ini bagus secara ekonomi kita terbuka. Ekonomi kita terbuka tidak bisa lepas dari dana asing. Komunikasi dengan investor asing itu penting," jelas Teddy.
Meski demikian, Teddy mengakui Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi juga tak lepas dari sentimen eksternal. Pertama, harga komoditas. Diharapkan perbaikan harga komoditas dapat membantu ekspor Indonesia.
Apalagi komoditas menjadi kontribusi penting bagi ekspor Indonesia. Kedua, pertumbuhan ekonomi China. Teddy menuturkan, China menjadi salah satu rekan dagang Indonesia terbesar. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China juga masih jadi perhatian pasar.
"Ekonomi China sudah mulai stabil. Turunnya tidak menakutkan lagi. Sustain di 6 persen. Ekonomi China dan India stabil maka permintaan ekspor membaik," ujar dia.
Ketiga, sejumlah negara di Eropa akan mengadakan pemilihan umum (Pemilu).Hal ini juga menjadi faktor yang perlu dicermati pelaku pasar. Keempat, kebijakan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump juga membayangi ekonomi Indonesia.
Meski demikian, Teddy menilai kebijakan pemerintahan baru Donald Trump akan lebih realistis. Selain itu, Teddy melihat apa yang diucapkan Donald Trump dalam kampanyenye juga belum tentu akan terlaksana.
"Apakah Donald Trump akan eksekusi semua kebijakan dikatakan saat kampanye mungkin tidak. Dia pernah tulis buku tahun 1987. Jauh berpikir sebelum jadi presiden dia menulis buku namanya the art of deal. strategi yang dia suka pakai tidak pernah bisa ditebak sehari bisa a dan b,” ujar dia.
Sedangkan dari sentimen internal, Teddy mengharapkan pemerintah Indonesia dapat menjaga kestabilan politik. Hal itu mengingat kestabilan politik menjadi sangat penting bagi negara berkembang termasuk Indonesia.
Teddy juga melihat fundamental ekonomi Indonesia masih relatif baik pada 2017. Saat ini yang menjadi poin penting untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dan menciptakan persepsi positif di pasar global yaitu bagaimana mendorong atau menuai hasil dari pekerjaan yang sudah dilakukan sejak awal pemerintahan Jokowi.
Salah satu perhatian pemerintah yaitu membangun infrastruktur. Teddy memperkirakan bila pemerintah telah mampu melaksanakan pekerjaan dengan pembangunan infrastruktur yang berjalan dan terealisasi maka Indonesia dapat menjadi perhatian di dunia.
"2017 ini masa tahun kita harus delivered pekerjaan kita. Kita bangun power plant sudah jadi. Tol mau dibangun sudah jadi. Pertumbuhan ekonomi terdelivered kalau kita bisa achieve itu saya rasa Indonesia dapat panggung di dunia. Kita semua tahu dunia lagi heboh ibaratnya semua lagi berisik kita mencuat di atas yang lain. Yang lain lagi bingung, pertumbuhan ekonomi Indonesia solid dan currency bisa dijaga baik. Kita punya semua resep. Ibaratnya kita punya bahan semua tinggal kita mau jalani atau tidak," jelas Teddy.
Saksikan video berikut wawancara dengan Head of Intermediary PT Schroders Invesment Management Indonesia Teddy Oetomo:
Pandangan dan opini yang terdapat didalam adalah pendapat dari Teddy Oetomo, Head of Intermediary, dan belum tentu mewakili pandangan yang diungkapkan atau mencerminkan pendapat dari PT Schroder Investment Management Indonesia ("Schroders Indonesia"). Materi ini tidak dimaksudkan untuk memberikan, dan tidak boleh diandalkan sebagai rekomendasi akuntansi, nasihat hukum atau pajak, atau investasi. Informasi di sini diyakini kebenarannya akan tetapi Schroders Indonesia tidak menjamin kelengkapan atau akurasinya. Hal ini tidak mengesampingkan atau membatasi setiap tugas atau kewajiban yang Schroders Indonesia miliki terhadap nasabah kami yang diatur oleh Undang-Undang dan Peraturan di Indonesia.
"PT Schroder Investment Management Indonesia (PT SIMI) telah memperoleh izin sebagai Manajer Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dalam melakukan kegiatan usahanya diawasi oleh OJK.”