Liputan6.com, Jakarta Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah menarik 16.500 pekerja anak untuk kembali ke dunia pendidikan pada 2016. Secara keseluruhan dari periode 2008 sampai 2016, jumlah pekerja yang ditarik mencapai 80.555 pekerja.
Plt Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Kemnaker Maruli A Hasoloan mengatakan, penarikan ini merupakan upaya menyelamatkan generasi masa depan bangsa. Pada tahun ini, pemerintah akan menarik 17 ribu pekerja anak kembali ke sekolah.
Baca Juga
"Di Indonesia dari 2008 sekitar 80 ribuan. Tahun ini kita targetkan 17 ribu. Ini upaya kita, " kata dia kepada Liputan6.com di Kementerian Ketenagakerjaan Jakarta, Senin (12/6/2017).
Sejumlah upaya dilakukan Kementerian Ketenagakerjaan untuk mengembalikan mereka ke sekolah. Di antaranya, membujuk orang tua dan memberi kesadaran pada anak untuk masuk ke dunia pendidikan.
Sejalan dengan itu, pemerintah juga bekerja sama dengan pemangku kepentingan, baik dari pemerintah daerah maupun swasta.
"Ditarik, kalau ada orang bekerja, anak bekerja ditarik, dibujuk, diberi kesadaran akhirnya enggak mau bekerja, dimasukkan dunia pendidikan. Kalau masuk dunia pendidikan cita-citanya tercapai," ujar dia.
Menurut dia, pemerintah telah memiliki skema-skema pendidikan gratis kepada masyarakat. "Iyalah (gratis), itu kan biaya daripada pemerintah, dalam shelter juga gratis. Pemerintah memberikan perhatian khusus, Pak Hanif (Menteri Ketenagakerjaan) sudah pasti tadi berpesan anak-anak dapat perhatian karena memang generasi penerus," ujar dia.
Maruli menuturkan, maraknya pekerja anak sebagian besar disebabkan faktor ekonomi. Mereka bekerja untuk membantu orang tua mencari nafkah. Anak-anak itu di antaranya masuk ke pekerja rumah tangga dan industri.
"(Industri) Pertanian, perkebunan, perikanan. Mereka niatnya membantu orangtuanya, tapi keterusan,"ucap dia.
Advertisement