Ingin Bangun LRT, Menko Luhut Ajukan 3 Syarat buat Ratu Prabu

Menko Koordiantor Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan apresiasi rencana bisnis Ratu Prabu Energi bangun LRT.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Jan 2018, 12:21 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2018, 12:21 WIB
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di kampus Universitas Padjajaran (Foto: Huyogo Simbolon)
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di kampus Universitas Padjajaran (Foto: Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta - PT Ratu Prabu Energi Tbk menyatakan bakal membangun moda transportasi masal Light Rail Transit (LRT) di Jakarta. Bahkan pihaknya siap menggelontorkan dana mencapai US$ 30 miliar.

Melihat semangat Ratu Prabu ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sangat mengapresiasi rencana bisnis perusahaan itu. Hanya saja, Luhut mengingatkan kepada Ratu Prabu jika ingin membangun LRT.

"Siapa saja boleh bangun. Siapa yang mau investasi di Indonesia sepanjang dia memenuhi tiga persyaratan itu, silahkan," kata Luhut di kantornya, Jumat (12/1/2018).

Persyaratan itu, pertama, Ratu Prabu harus mengutamakan konten lokal dalam pembuatan LRT. Karena sampai saat ini, banyak perusahaan di Indonesia yang sebenarnya bisa memproduksi berbagai hal yang digunakan di LRT.

Dia mencontohkan proyek LRT yang ada di Jabodebek dan Palembang. Dua proyek ini memiliki lokal konten yang tinggi, bahkan mendekati 50 persen. Kalaupun ada beberapa hal yang masih diimpor, maka harus diterapkan sistem alih teknologi

Syarat kedua, LRT yang dibangun harus ramah lingkungan. Syarar ketiga, adalah menggunakan sumber daya manusia dari Indonesia sebanyak mungkin. "Ini harus diutamakan walapun memang harus ada pendidikan terlebih dahulu," tegas dia.

Tak hanya Luhut, sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno menanggapi positif adanya perusahaan swasta, dalam hal ini PT Ratu Prabu Energi Tbk, yang menyatakan minatnya untuk membangun Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek. Hal ini menjadi bukti proyek infrastruktur transportasi di Indonesia ternyata diminati perusahaan swasta.

Diungkapkannya, saat ini memang di beberapa kota besar sangat membutuhkan transportasi masal yang efisien dan murah. Karena, peningkatan infrastruktur jalan tidak bisa mengimbangi pertumbuhan kendaraan bermotor.

Dengan banyaknya swasta berpartisipasi dalam proyek infrastruktur, ditegaskan Rini, sangat membantu pemerintah dalam membangun bangsa ini.

"Jadin kami tujuan agar transportasi massal terbangun khususnya di Jakarta dan sekitarnya, yang memang itu menjadi sebuah keharusan untuk sekarang ini. Kalau mau memang ada swasta, ya silahkan saja," ucap Rini di Indramayu.

Dalam pengerjaan LRT ini, sekarang diperintahkan kepada BUMN, karena pemerintah membutuhkan percepatan. Di Palembang, contohnya, pembangunannya untuk mengejar Asian Games 2018. Sedangkan di Jabodebek sendiri ditargetkan rampung 2019.

Meski Ratu Prabu menyatakan minat membangun LRT, namun Rini mengaku membuka pintu lebar jika perusahaan tersebut ingin menggandeng BUMN dalam pengerjaannya.

"Kami kalau bersama-sama boleh, swasta sendiri boleh, kami ikut saja," tambah Rini. (Yas)

 

Ratu Prabu Biayai Proyek LRT dari Utang

Libur Tahun Baru, Proyek LRT Libur Pengerjaan
Suasana proyek LRT dikawasan Kuningan, Jakarta, Senin (1/1). Sejumlah proyek infrastruktur lain di Ibukota, seperti proyek Light Rail Transit tampak sepi aktifitas pengerjaan dikarenakan Libur Tahun Baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) berencana membangun light rail transit (LRT) di Jakarta dengan total nilai investasi sekitar US$ 28 miliar hingga US$ 30 miliar. Perseroan berencana membangun secara bertahap dengan fase pertama senilai US$ 8 miliar.

Direktur Utama Ratu Prabu Energi B. Bur Maras mengatakan, proyek ini akan dibiayai seluruhnya dengan pinjaman serta tanpa jaminan. Dia melanjutkan, untuk menggarap proyek ini telah menggandeng konsultan dari Amerika Serikat yakni Bechtel Corporation.

Hasil kajian Bechtel setelah satu setengah tahun menunjukan, proyek LRT bisa dibangun di atas jalan yang sudah ada. Kemudian, memungkinkan modal kembali dengan tingkat pengembalian 10,9 persen.

"Ketiga kesimpulannya menganjurkan sistem LRT dibangun di Jakarta secepat mungkin. Kalau dalam tempo 10 tahun nggak bisa bergerak," kata dia di kantornya, di Jakarta, Selasa 9 Januari 2018.

Perseroan mengaku telah menawarkan kerja sama dengan tiga negara yakni Jepang, Korea Selatan, dan China. Perusahaan asal China memberikan respons paling cepat dan berminat untuk turut serta membangun LRT. Bahkan, China siap membantu dalam hal pembiayaan proyek ini.

Perusahaan asal China itu tak lain ialah China Railway Construction Corp (CRCC). Perusahaan ini turut berkecimpung dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Exim Bank of China, lanjutnya, bakal memberikan pinjaman penuh terhadap proyek ini.

"Mereka sudah bicara dengan Exim Bank China itu mendukung. Malah dia bisikan lagi kalau Eximbank pinjamkan uang dia tak memerlukan equity itu capital dari saya. Jadi no capital. Semua pinjam 100 persen," papar dia.

Dia melanjutkan, Ratu Prabu Energi akan membentuk konsorsium. Pembentukan perusahaan konsorsium ini akan sesuai arahan konsultan yakni Bechtel Corporation.

Dia menuturkan, proyek ini tidak mendapat jaminan pemerintah. Rencananya, kelangsungan proyek LRT tersebut akan dijamin perusahaan asuransi.

"Jadi kalau proyek yang penting begini, dalam jumlah besar. Sering dilaksanakan itu tanpa jaminan, tanpa modal sendiri. Karena di negara kita pemerintah tidak boleh menjamin sesuatu. Kasian juga pemerintah karena DPR tidak mengizinkan. Kita sampaikan peminjam uang ini nggak ada jaminannya. Tapi saya memberikan jaminan dalam bentuk asuransi," tutur dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya