Industri Asuransi Diminta Antisipasi Perkembangan Teknologi

Dari sekitar 262 juta populasi di Indonesia, 50 persen di antaranya atau sekitar 132,7 juta jiwa adalah pengguna intemet.

oleh Nurmayanti diperbarui 25 Jan 2018, 17:14 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2018, 17:14 WIB
20160226-Asuransi Kesehatan-iStockphoto
Ilustrasi Asuransi Kesehatan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) meminta pelaku industri asuransi di Indonesia mempersiapkan diri menghadapi tantangan perkembangan teknologi. Apalagi, jumlah pengguna internet di Indonesia terus berkembang dan menjadi lahan potensial industri asuransi Tanah Air.

“Fenomena perkembangan teknologi digital sudah tidak dapat disikapi oleh industri dengan reaktif. Teknologi tidak hanya mengubah perilaku individu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, namun juga mengubah perilaku pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya," kata Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (25/1/2018).

Mengutip data Digital in 2017 bertajuk Southeast Asia dan' We Are Social a Hootsuite (2017), dari sekitar 262 juta populasi di Indonesia, 50 persen di antaranya atau sekitar 132,7 juta jiwa adalah pengguna intemet.

Kemudian 106 juta jiwa merupakan pengguna aktif media sosial, serta 92 juta jiwa merupakan pengguna aktif media sosial melalui aplikasi mobile.

Hal ini dinilai memperlihatkan tingginya kebutuhan masyarakat akan informasi merespon real time yang cepat dan tepat, serta keinginan mereka untuk mendapatkan kemudahan akses dan layanan dimana pun dan kapanpun.

Salah satu cara AAJI menghadapi perkembangan teknologi, dengan menggelar serangkaian kegiatan Digital and Risk Management in Insurance (DRiM). lnisiatif ini bertujuan untuk merespon cepatnya perkembangan teknologi digital, khususnya dalam hubungan perusahaan dengan konsumen, percepatan ragam proses bisnis dan penyebaran informasi, sekaligus membantu meningkatkan dan memajukan penetrasi asuransi jiwa di negeri ini.

“Melalui kegiatan ini, AAJI berkomitmen teguh untuk terus mendukung program literasi dan inklusi keuangan dari pemerintah dan OJK, serta mendorong para pelaku industri asuransi jiwa agar lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi, termasuk dalam hal manajemen risiko yang juga harus terus dikembangkan" dia menambahkan.

 

Kerjasama dengan Start-up

Sebagai kegiatan pembuka dari DRiM, AAJI bekerja sama dengan Purwadhika Start-up and Coding School, untuk menggelar hackathon start-up competition yang diikuti sekitar 100 orang generasi muda yang akan mempresentasikan ide dan karyanya terkait web dan aplikasi digital terkait proteksi asuransi jiwa.

Kegiatan ini kemudian akan diikuti dengan seminar dan pameran dimana perwakilan dari pemerintah, regulator, pelaku asuransi jiwa dan para ahli teknologi dan digital akan berbagi mengenai perkembangan teknologi digital dan manajemen risiko pada 22-23 Februari 2018 di Bali.

Ketua Panitia DRiM Christine Setyabudi menambahkan DRiM merupakan kegiatan perdana atas inisiasi AAJI yang didukung  para pelaku industri asuransi jiwa yang memiiiki tujuan yang sama dalam menjawab cepatnya perkembangan teknologi digital dan pengaruhnya pada industri.

“Dengan saling mendukung dan bekerjasama ini, kami yakin dapat memberikan aksi nyata pada kemajuan industri asuransi jiwa. Kita tahu, Indonesia merupakan negara ke-8 terbesar dalam hal penggunaan intemet, potensi ini sudah seyogyanya kita maksimalkan termasuk mampu mengatasi risiko yang terdapat di dalamnya” tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya