Liputan6.com, Jakarta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyiapkan rencana pengambilalihan perusahaan baru di 2018. Peruahaan yang menjadi target BNI yang bergerak di sektor perbankan dan asuransi.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquini mengatakan, rencana pengambilalihan perusahaan baru ini untuk memperkuat lini bisnis perusahaan sekaligus meningkatkan aset.
Advertisement
Baca Juga
"Itu masuk dalam rencana unorganic kita. Kita akan mengambil alih bank, dan mungkin satu perusahaan asuransi untuk melengkapi anak usaha asuransi yang sudah kita miliki," kata Baiquni di kantornya, Rabu (17/1/2018).
Baiquni memaparkan, dua perusahaan yang akan diambil alih tersebut harus memenuhi beberapa syarat. Petama, harus memiliki aset yang cukup besar.
Kedua, perusahaan harus memiliki bisnis inti yang melengkapi bisnis BNI yang ada selama ini. Dan ke tiga, tawaran harga harus sesuai dengan yang diinginkan oleh BNI.
"Harga ini yang paling menentukan, jangan sampai kita beli dengan harga yang tinggi, nanti pasti investor kita menanyakan alasannya ke kita," tegas dia.
Untuk kriteria, Baiquni belum bisa menjelaskan bank dengan BUKU berapa yang menjadi target BNI.
Hanya saja untuk perusahaan asuransi, BNI menargetkan mengambil alih perusahaan asuransi yang menjamin kerugian (asuransi umum), mengingat saat ini BNI sudah memiliki asuransi jiwa.
Dari dua perusahaan itu, BNI tidak memiliki target perusahaan yang lebih dulu diakuisisi "Yang penting siapa yang ketemu duluan, cocok, kita ambil alih," tutupnya.
BNI Kantongi Laba Bersih Rp 13,62 Triliun di 2017
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan laba bersih Rp 13,62 triliun pada 2017, naik 20,1 persen dibandingkan tahun 2016.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan pencapaian laba tersebut disumbang dari penyaluran kredit BNI yang tumbuh 12,2 persen, lebih tinggi dibandingkan kredit industri perbankan yamg diperkirakan hanya 8,2 persen.
"Dengan penyaluran kredit tersebut, BNI mampu mencatatkan pendapatan bunga bersih di 2017 sebesar Rp 31,94 triliun," kata dia di kantornya, Rabu (17/1/2018).
Dari total kredit sebesar Rp 441,31 triliun yang berhasil dibukukan BNI pada akhir 2017, sebesar Rp 345,5 triliun atau 78,3 persen dari total kredit disalurkan ke segmen bisnis.
Sedangkan sebesar Rp 71,4 triliun atau 16,2 persen dari total kredit disalurkan ke segmen konsumsi. Selebihnya, Rp 24,37 triliun atau 5,5 persen dari total kredit disalurkan melalui perusahaan.
Adapun kredit segmen bisnis tercatat mencapai Rp 134, 4 triliun atau tumbuh 14,9 persen dibandingkan 2016, yang disalurkan kepada debitor korporasi non BUMN. Sedangkan yang Rp 84,37 triliun disalurkan ke debitor BUMN.
Sementara itu, pertumbuhan kredit segmen konsumer terutama didorong pinjaman payroll yang tumbuh 47,1 persen dengan outstanding per 31 Desember 2017 mencapai 17,7 triliun.
Selain itu, segmen konsumsi juga disokong kredit perumahan atau KPR yang mencapai Rp 37,07 triliun pada Desember 2017 dan kartu kredit sebesar Rp 11,64 triliun.
"Dengan demikian, maka bisa disimpulkan kredit BNI mampu tumbuh berkualitas dengam disertai penurunan NPL dari 3 persen di 2016 menjadi 2,3 persen di 2017," tambah Baiquni.
Â
Â
Advertisement