Pemerintah Gencar Impor, Ini Kata Rizal Ramli

Kebijakan impor yang dilakukan pemerintah banyak mendapat tentangan dari berbagai pihak.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Feb 2018, 16:01 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2018, 16:01 WIB
20151112-Beras Vietnam-Pelabuhan Tanjung Priok-Jakarta
Aktivitas penurunan beras impor dari sebuah kapal saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Sekitar 27 ribu ton beras tersebut didatangkan dari Vietnam untuk menjaga kestabilan persediaan beras nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan impor yang dilakukan pemerintah banyak mendapat tentangan dari berbagai pihak. Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai, sikap itu telah merugikan para petani lokal.

"Kaya contoh bawang di Brebes lagi panen, tapi impornya malah banyak. Harga bawang jatuh dan petani itu pada nyesel banget. Petani tebu juga bilang impor gulanya kebanyakan, mereka sedih banget harganya jatuh," ucapnya ketika ditemui di Gang Gloria, Glodok, Jakarta Barat, Kamis (15/2/2018).

Rizal mengeluhkan kebijakan pemerintah yang mengadakan impor beras besar-besaran. Padahal menurutnya, produksi beras petani lokal saat ini tidak sejatuh itu.

"Kemudian ini lagi panen beras, tapi malah impor, kok teganya. Karena kalau hujan, produksi itu hanya turun 1 persen," ujar dia.

"Itu cukup sebenarnya. Tapi kalau lagi musim panas banget, produksi tuh turun sampai 10 persen. Kalau kejadiannya kaya 5-6 tahun lalu sehingga produksi kurang 3 juta ton, nah kalau itu baru boleh impor," tambahnya.

Rizal memandang, kebijakan impor beras tersebut sebenarnya tidak ada kepentingannya. "Kalau masih ada wilayah yang kekurangan beras, itu kan tugasnya Bulog. Mereka aja yang aktif, kalau aktif juga harga pasti turun," pungkas dia.

Impor Beras untuk Cadangan Bulog

20151112-Beras Vietnam-Pelabuhan Tanjung Priok-Jakarta
Tumpukan karung beras asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Beras impor sebanyak 27 ribu ton tersebut direncanakan pemerintah untuk menjaga kestabilan persediaan beras nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi memastikan bahwa impor beras sebanyak 500 ribu ton yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan sengaja dilakukan untuk menjaga stok di gudang Bulog.

"Itu untuk cadangan Bulog, masuk ke gudang Bulog, masuk ke stok," kata Jokowi Rabu kemarin. 

Menurut Jokowi, stok beras di gudang Bulog saat ini masih kurang. Oleh sebab itu,  impor beras tersebut sengaja dilakukan untuk mengembalikan cadangan beras Bulog yang semakin menipis.

"Karena memang stok di Bulog kurang," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Sebelumnya, sebanyak 60 ribu ton beras asal Thailand telah masuk pada Selasa 13 Februari 2018 kemarin. Beras impor tersebut masuk ke Indonesia melalui tiga pelabuhan.

Masuk Lewat Lampung

20151225-Bulog Impor Beras Thailand- REUTERS
Pekerja menyiapkan paket beras di pabrik provinsi Chainat, Thailand (16/12/2015). Bulog memperkirakan sampai akhir tahun ini penyerapan beras impor sebanyak 350.000 sampai 700.000 ton. (REUTERS / Jorge Silva)

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Siti Kuwati mengatakan, 10 ribu ton masuk ke Pelabuhan Lampung, 20 ribu ton masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak, dan 30 ribu ton masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

"Kemarin Vietnam 57 ribu ton. Jadwal hari ini Thailand," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa 13 Februari 2018.

Dari jumlah tersebut, 6 ribu ton masuk melalui Pelabuhan Merak, 41 ribu ton melalui Pelabuhan Tanjung Priok, dan 10 ribu ton melalui Pelauhan Tenau, Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Sandar Minggu di Merak 6 ribu ton, Tanjung Priok 41 ribu ton dan Tenau NTT 10 ribu ton. Semua dari Vietnam," ujar dia.

Siti mengungkapkan, beras-beras tersebut tidak akan langsung digelontorkan ke pasaran melalui operasi pasar, melainkan akan dijadikan cadangan beras Bulog dan baru akan didistribusikan bila diperlukan.

"Disimpan sebagai stok," kata dia. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya