Stok AS Tembus Rekor Tertinggi, Harga Minyak Jatuh

Harga minyak dunia kembali turun karena penguatan dolar AS dan stok minyak AS.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Mar 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun seiring penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran meningkatnya produksi minyak mentah di Negeri Paman Sam. Ada tanda-tanda kenaikan stok minyak mentah AS.

Mengutip CNBC, Jumat (9/3/2018), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 83 sen atau 1,3 persen menjadi US$ 60,32 per barel. Harga minyak WTI menunjukkan tren penurunan sekitar 1,4 persen di minggu ini.

Sedangkan harga minyak Brent susut 65 sen atau 1 persen menjadi US$ 63,68 per barel. Cenderung turun terus sekitar 0,9 persen di pekan ini.

Penguatan indeks dolar AS lebih dari 0,5 persen terhadap sejumlah mata uang utama telah menekan harga minyak.

Penyebab lainnya harga minyak merosot karena persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan minyak terbesar di AS menunjukkan kenaikan lebih dari 290 ribu barel sampai 6 Maret 2018.

Data dari Energy Information Administration (EIA) yang diumumkan Rabu (7/3/2018) menunjukkan produksi minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi, yakni hampir 10,4 juta barel per hari.

"Laporan EIA membuat bullish," kata Analis dari Bank Wealth Management, Rob Hawort.

Stok minyak AS ini diperkirakan melonjak lebih dari 11 juta barel per hari pada akhir 2018. Jumlah ini akan melampaui persediaan minyak dari produsen nomor satu Rusia.

Kenaikan tersebut memberi tekanan pada anggota OPEC karena sudah berkomitmen untuk memangkas produksi minyak untuk menstabilkan harga.

China sebagai salah satu pengimpor energi terbesar di dunia melaporkan data penurunan tajam pada impor minyak mentah di Februari sehingga memicu kekhawatiran tentang permintaan.

Impor minyak mentah China turun signifikan lebih dari 20 persen menjadi sebesar 8,2 juta barel per hari dari sebelumnya 9,4 juta barel per hari di Januari ini.

Di samping, ultimatum dari mitra dagang utama AS atas rencana kebijakan Presiden Donald Trump yang diperkirakan memicu perang dagang juga menjadi perhatian.

"Sampai masalah tarif impor AS bisa lebih baik, kami menilai pasar saham masih turun dan (harga minyak) WTI masih berada pada angka US$ 60," Analis Ritterbusch & Associates, Jim Ritterbusch.

Persediaan AS Bikin Harga Minyak Turun 2 Persen

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Harga minyak melemah lebih dari dua persen seiring kemungkinan perang dagang. Ditambah rilis data produksi minyak Amerika Serikat (AS) terbaru selama sepekan.

The Energy Information Administration melaporkan persediaan minyak AS naik selama sepekan. Akan tetapi, besarannya mendekati harapan pasar. Persediaan minyak AS naik 2,4 juta barel hingga 2 Maret 2018.

Analis memperkirakan naik 2,5 juta barel. Sedangkan berdasarkan sumber, the American Petroleum Institute (API) melaporkan produksi minyak naik 5,7 juta barel.

Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak tertekan usai rilis data API, ditambah penasihan ekonomi AS Gary Cohan yang mengundurkan diri.

Pada perdagangan Rabu (Kamis waktu WIB), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April melemah US$ 1,45 atau 2,3 persen ke posisi US$ 61,15 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent susut US$ 1,45 atau 2,2 persen menjadi US$ 64,34 per barel di the ICE Futures Europe Exchange.

Sentimen lainnya juga didorong saham AS melemah sehingga menekan harga minyak. Di sisi lain, dolar AS menguat."Dolar AS menguat dan saham melemah menambah tekanan buat harga minyak," ujar Tyler Richey, co-editor the Sevens Report, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (8/3/2018).

Pengunduran diri penasihat ekonomi Presiden AS Donald Trump yaitu Gary Cohn juga pengaruhi pasar. Rencana pengenaan tarif impor baja dan aluminium berlawanan dengan Cohn.

"Investor menjadi fokus bagaimana tanpa pengaruh Cohn di dalam pemerintahan Trump. Perang dagang akan kelihatan terjadi, ekonomi akan melambat," ujar CEO Sun Global Investments Mihir Kapadia.

Adapun produksi minyak AS dilaporkan naik 86 ribu barel menjadi 10.369 juta barel per hari. Persedian naik 2,4 juta barel hingga 2 Maret. Impor minyak rata-rata 8 juta barel perhari pada pekan lalu atau naik 721 ribu barel per hari. "Kenaikan impor dikombinasikan persediaan di kilang diharapkan dapat memberikan sesuatu," kata Matt Smith, Direktur CliperData.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya