Bursa Asia Dibuka Melemah, Investor Cermati Aksi Perang Dagang

Sentimen investor di kawasan Asia lebih dipengaruhi oleh faktor global yaitu koreksi yang terjadi di Wall Street.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Apr 2018, 08:45 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2018, 08:45 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Pelemahan bursa Asia ini mengikuti kejatuhan Wall Street akibat kekhawatiran akan perang dagang.

Mengutip CNBC, Selasa (3/4/2018), indeks acuan Nikkei Jepang jatuh 1,41 persen. Indeks Topix juga melemah 1,04 persen. Hampir seluruh sektor tertekan, hanya sektor energi yang mampu berada di zona hijau.

Di Korea Selatan, indeks Kospi juga turun 0,82 persen.

Indeks S&P/ASX 200 Australia merosot 0,57 persen yang terdorong oleh saham-saham di sektor keuangan. Berbeda, sektor tambang terutama emas menghijau karena harga emas naik pada perdagangan kemarin.

Sentimen investor di kawasan Asia lebih dipengaruhi oleh faktor global yaitu koreksi yang terjadi di Wall Street karena adanya kekhawatiran perang dagang.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 458,92 poin atau 1,9 persen menjadi 23.644,19. S&P 500 tertekan 58,99 poin atau 2,23 persen menjadi 2.581,88. Sedangkan Nasdaq Composite melemah 193,33 poin atau 2,74 persen menjadi 6.870,12.

Saham-saham di sektor teknologi menjadi target utama dari pelaku pasar dalam aksi jual. Saham Amazon.com, Tesla dan Microsoft serempak berada di zona merah setelah aksi dagang balasan yang diresmikan China pada Minggu kemarin.

 

 

Cermati China

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Investor saat ini tengah mencermati pengumuman dari Pemerintah China yang memberlakukan tarif masuk untuk 128 jenis produk AS mulai Senin.

Pemberlakuan tarif tersebut sebagai tindakan balasan yang dilakukan oleh AS atas bea masuk tinggi untuk produk baja dan aluminium yang diberlakukan pada bulan lalu.

Pemerintah Beijing mengatakan pada Maret kemarin bahwa produk-produk yang dikenai tarif tersebut memiliki nilai impor hingga USD 3 miliar pada 2017.

Analis melihat bahwa perang dagang tersebut akan berdampak lebih luas. Akan ada beberapa negara lain yang ikut juga dalam aksi berang dagang tersebut.

Tentu saja, dengan adanya perang dagang tersebut akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi global.

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya