Pegadaian Bantu Petani Kulonprogo Lepas dari Tengkulak

Selama ini para petani di desa Tawangsari mempunyai ketergantungan pada tengkulak untuk membiayai produksi mereka di musim tanam.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Apr 2018, 11:46 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2018, 11:46 WIB
Direktur Utama Pegadaian Sunarso
Direktur Utama Pegadaian Sunarso berpose usai diwawancara oleh Liputan6.com di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, Rabu (11/4). (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pegadaian (Persero) menyerahkan alat penggilingan padi untuk warga di Desa Tawangsari dan Talangsari, Kulonprogo, sebagai kelanjutan dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dalam upaya melepaskan ketergantungan petani kepada tengkulak.

Direktur Utama Pegadaian Sunarso mengatakan, kehadiran PKBL di kedua desa tersebut merupakan program lanjutan dari tahun lalu agar membantu petani bisa mandiri secara usaha bisnis.

"Setelah kita berikan alat pengeringan padi pada 2017, saat ini Pegadaian berikan alat penggilingan padinya. Sehingga diharapkan, para petani mulai bisa melepaskan diri dari tengkulak," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (27/4/2018).

Sunarso menjelaskan, selama ini para petani di desa Tawangsari mempunyai ketergantungan pada tengkulak untuk membiayai produksi mereka di musim tanam. Akibatnya, panen harus dijual kembali kepada tengkulak dengan harga yang tidak fair dan petani harus mengembalikan pinjaman mereka.

Kehadiran Pegadaian di kedua desa di Kulonprogo ini seiring dengan program BUMN Hadir untuk Negeri.

Sementara itu, data Dinas Pertanian dan PanganKulonprogo menunjukkan, produksi padi di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2017 mencapai 121.210 ton, dengan tambah tanam seluas 18.938 hektare dan luas panen 19.425 hektare.

Sunarso menjelaskan permasalahan awal, bahwa para petani di Kulonprogo memiliki kebiasaan tergantung pada tengkulak untuk biaya produksi di musim tanam, sehingga menyebabkan hasil produksi panen harus dijual sebagian ke tengkulak untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

Selain itu ia berharap, dengan adanya alat pengeringan dan penggilingan di kedua desa binaan Pegadaian itu, maka para petani memiliki posisi tawar yang baik dan memperoleh harga beras yang fair. Itu dapat turut berdampak pada penghasilan petani yang ikut membaik.

"Posisi petani tidak punya daya tawar. Saat panen musim hujan, gabah tidak bisa kering dan akhirnya mudah menjamur. Oleh sebab itu tahun lalu kita memberikan bantuan berupa alat pengering gabah sehingga pengeringan tidak tergantung pada cuaca," tandas dia.

Cara Gaet Nasabah

Jelang Lebaran, Transaksi Gadai Meningkat 15 Persen
Warga saat bertransaksi di pegadaian di Jakarta, Kamis (15/6). Meningkatnya kebutuhan masyarakat jelang Lebaran membuat banyak orang menggadaikan barang berharga guna memenuhi kebutuhan yang mendesak. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Pegadaian menargetkan mampu menggaet 2 juta nasabah pada 2018. Dari target tersebut, sebanyak 1 juta calon nasabah akan ditarik lewat program gadai tanpa bunga.

Sunarso menyebutkan, layanan gadai tanpa bunga akan diluncurkan melalui dua bentuk, yakni aplikasi mobile dan agen.

"Dari gadai tanpa bunga, kita targetkan 1 juta nasabah. Gimmick-nya itu mobile app Pegadaian Digital Service (PDS) dan agen yang ada di kafe-kafe kami," jelasnya pada 5 April 2018.

Pegadaian pada tahun ini memiliki rencana untuk meningkatkan aset sebesar Rp 58 triliun serta omzet sebanyak Rp 145,4 triliun.

Tujuan itu bisa tercapai, menurutnya, asalkan nasabahnya bisa bertambah.

Adapun salah satu bentuk perwujudan program gadai tanpa bunga lewat bantuan agen itu melalui keberadaan The Gade Coffee & Gold.

Pegadaian menugaskan anak perusahaannya, PT Pesona Indonesia Jaya (PIJ) untuk mengelola kedai kopi yang rencananya akan dibuka di 12 wilayah di Tanah Air.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya