Ekspor Pakai Kapal Raksasa Tingkatkan Daya Saing Produk RI

Kapal layanan direct call CMA CGM Tage yang berlabuh pada Minggu 13 Mei 2018 berkapasitas sekitar 10.000 TEUs. Kapal tersebut merupakan kapal raksasa.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Mei 2018, 19:45 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 19:45 WIB
(Foto: Liputan6.com/Ilyas I)
Presiden Jokowi lepas ekspor Indonesia pada Selasa (15/5/2018) (Foto: Liputan6.com/Ilyas I)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau infrastruktur pelabuhan sekaligus pelepasan ekspor melalui kapal kontainer ukuran raksasa yang mengangkut berbagai komoditas dari Indonesia ke mancanegara dari pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC. 

Kapal CMA CGM Tage yang melayani rute langsung atau direct call akan bertolak dari Terminal Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menuju tujuan akhir Los Angeles, Amerika Serikat.  Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya menegaskan, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk menjadi poros maritim dunia. 

"Keberadaan kapal-kapal terbesar di dunia ini menunjukkan  bahwa IPC siap mengelola pelabuhan bongkar muat terbesar di Indonesia. Didukung dengan IT System dan peralatan modern yang ada, kami bekerja seefektif dan seefisien mungkin mendukung peningkatan ekspor,” ujarnya di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (15/5/2018).

Selain kapal CMA CGM Tage, ada beberapa kapal besar (mother vessel) yang rutin berlabuh di Tanjung Priok, seperti generasi Post – Panamax APL Salalah dan Vessel Pelleas.

Bahkan kapal APL Salalah memiliki kapasitas di atas 10.000 TEUs, dengan bobot hampir 130 ribu GT, dan panjangnya mencapai 347 meter.  Rute layanan langsung atau direct-call yang ditawarkan antara lain tujuan Eropa Utara, pantai barat Amerika Serikat, dan Intra-Asia.

"Kapal-kapal ukuran raksasa tersebut menawarkan layanan angkutan barang yang lebih kompetitif dan waktu pengiriman lebih cepat, sehingga berpotensi meningkatkan daya saing produk–produk ekspor Indonesia, khususnya di Amerika Serikat," ujar dia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada 2017 surplus sebesar 11,84 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan surplus pada 2016, yang sebesar 9,53 miliar dolar AS. 

Surplus neraca perdagangan pada 2017 menunjukkan level tertinggi sejak 2013 dan 2014 yang mengalami defisit, dan kemudian kembali surplus pada 2015 dan 2016.

Perlu diketahui, Kapal layanan Direct Call CMA CGM Tage yang berlabuh pada Minggu 13 Mei  2018 ini memiliki kapasitas sekitar 10.000 TEUs. Kapal berbobot 95.263 GT (Gross Tonnage) dengan ukuran panjang 300 meter ini merupakan satu dari beberapa kapal raksasa, yang kini secara rutin berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jokowi Lepas Langsung Ekspor Indonesia ke AS

Jokowi Dengar Curhat Sopir Truk di Istana
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sambutan saat menerima perwakilan sopir truk se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Selasa (8/5). Para sopir mengeluhkan maraknya kasus pungli dari kawasan Sumatera hingga Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) Selasa sore secara langsung melepas ekspor produk Indonesia ke Amerika Serikat (AS). Produk-produk yang diekspor mulai dari produk tekstil hingga produk alas kaki.

Yang lebih spesial dalam ekspor langsung (direct call) ini adalah dengan menggunakan kapal raksasa ukuran 10 ribu TEUS dari CMA CGM.

"Dengan kapal besa kita ingin tunjukkan bahwa ekonomi kita tetap jalan dengan baik, tangguh, terus bergerak. Makanya saya datang ke Tanjung Priok dalam rangka pelepasan ekspor ke Amerika Serikat," kata Jokowi di Tanjung Priok, Selasa 15 Mei 2018.

Jokowi juga mengapresiasi apa yang dilakukan PT Pelindo II (Persero) dengan terus mendatangkan kapal-kapal ukuran jumbo. Kapal CMA CGM dengan ukuran mulai dari 8.000 TEUS hingga 10 ribu TEUS ini kini sudah berlabuh di Priok selama satu minggu sekali.

Dengan menggunakan kapal-kapal besar dalam melakukan direct call ini, Jokowi klaim biaya ekspor bisa lebih murah. "Tadi saya tanya ke Dirut Pelindo II kalau menggunakan kapal besar ini bisa hemat USD 300 per kontainer," tegas Jokowi.

Dia menuturkan, apa yang dilakukan di Pelabuhan Tanjung Priok ini menjadi bagian dari rencana pemerintah menjadikan Indonesia sebagai jalur perdagangan dunia. Dengan begitu, ekonomi Indonesia akan terus tumbuh dan biaya logistik lebih efisien. (Yas)

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya