Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengungkapkan, dengan tersambungnya berbagai kawasan industri, baik yang ada di Jawa maupun luar Jawa, maka akan memperkuat perekonomian negara untuk tahun-tahun mendatang.
Dia mencontohkan, Kawasan Industri Jababeka di Kabupaten Bekasi yang mendorong kemajuan ekonomi dengan sumbangsih Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai USD 35 miliar.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi dengan satu juta penduduk di Bekasi Selatan, maka PDB per kapita itu sekitar USD 35 ribu. Itu sama dengan rencana Indonesia di 2045. Target kita, rata-rata PDB Indonesia bisa USD 35 ribu," urainya di Cikarang, Selasa (26/6/2018).
Sementara itu, Airlangga berharap, pengembangan kawasan industri di Bekasi tersebut bisa direplikasikan untuk 100 wilayah lainnya di Indonesia. Sehingga, lanjutnya, itu bisa memacu pertumbuhan ekonomi lewat fasilitas konsep industri 4.0.
Seperti contoh, dia menyebutkan, beberapa kota di Pantai Utara (Pantura) Jawa sudah memiliki kawasan industri, mulai dari Bekasi, Karawang, Purwakarta, Semarang, Kendal, Gresik, Lamongan, sampai Tuban.
Tidak hanya di Jawa, Politisi Golkar itu menambahkan, koridor kawasan industri juga akan tersambung di pulau lainnya di nusantara.
"Kalau semua tersambung, maka ekonomi Indonesia akan kuat. Demikian juga pengembangan wilayah kita dorong di luar Jawa seperti di Aceh, Morowali, Bontang, Bintuni, sehingga tumbuh," pungkas Airlangga.
Dalam 4 Bulan, Setoran Pajak Industri Manufaktur Capai Rp 103 Triliun
Industri pengolahan (manufaktur) masih memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak berdasarkan sektor usaha utama pada periode Januari-April 2018. Sumbangan sektor manufaktur ini mencapai Rp 103,07 triliun dengan mencatatkan pertumbuhan 11,3 persen.
"Industri pengolahan memiliki andil yang cukup besar dalam menyumbangkan pajak nonmigas setiap tahun. Jadi, pelaku industri telah menunjukkan kepatuhan terhadap wajib pajak, ungkap Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto dalam keterangannya, di Jakarta, Sabtu (19/5/2018).
Kontribusi penerimaan pajak selanjutnya, diikuti dari sektor perdagangan yang mencapai Rp 76,41 triliun dan pertambangan Rp 28,51 triliun, Selain itu, sumbangan dari sektor konstruksi dan real estat sebesar Rp 23 triliun, transportasi dan gudang Rp 14,49 triliun, serta pertanian Rp 7,47 triliun.
Terjadinya pertumbuhan pada penerimaan pajak dari sektor industri pengolahan membuktikan bahwa adanya peningkatan produktivitas manufaktur.
Capaian tersebut sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan, industri pengolahan besar dan sedang di dalam negeri nampak menggeliat pada triwulan I tahun 2018.
Sektor manufaktur mencatatkan peningkatan produksi sebesar 0,88 persen dibanding triwulan IV 2017 (quarter to quarter) atau tumbuh 5,01 persen dari triwulan I 2017 (year on year).
"Bahkan, pertumbuhan tahunan produksi manufaktur besar dan sedang pada tiga bulan awal tahun ini mampu mengungguli pertumbuhan pada triwulan I 2016 sebesar 4,13 persen (year on year) dan triwulan I 2017 sebesar 4,46 persen (year on year)," lanjut dia.
Advertisement
Kenaikan Tertinggi
Sektor-sektor industri manufaktur besar dan sedang, yang mengalami kenaikan tertinggi pada triwulan I 2018 dibandingkan triwulan I 2017 (yoy), yaitu industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki naik sebesar 18,87 persen, industri mesin naik 18,48 persen, industri pakaian jadi naik 17,05 persen, industri alat angkutan naik 14,44 persen, serta industri makanan naik 13,93 persen.
Pada kuartal pertama tahun ini, industri pengolahan nonmigas masih memberikan kontribusi terbesar dengan mencapai 17,95 persen terhadap PDB nasional. Sementara itu, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,03 persen pada kuartal I 2018 atau meningkat dibanding periode yang sama tahun 2017 sekitar 4,80 persen.
Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen. Selanjutnya, industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,70 persen.
Dengan daya beli masyarakat yang terus berangsur membaik, industri jadi semakin optimistis untuk menggenjot produksinya, ungkap Menperin. Selain itu, pertumbuhan disebabkan oleh beberapa faktor lainnya, seperti meningkatnya indeks manajer pembelian (PMI) dan kenaikan harga komoditas.
Sektor manufaktur yang kinerjanya gemilang di atas PDB nasional, antara lain industri logam dasar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53 persen, serta industri alat angkutan 6,33 persen.
Dorong Ekspor
Di samping itu, Menperin menegaskan, pihaknya juga terus mendorong peningkatan ekspor produk manufaktur guna menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional.
Contohnya, sejumlah produk industri manufaktur Indonesia yang diekspor secara langsung atau direct call ke Amerika Serikat dengan menggunakan kapal kontainer berukuran besar.
Dari 32 industri manufaktur di dalam negeri yang terlibat dalam pengiriman via kapal raksasa tersebut, total nilai ekspornya mencapai USD11,98 Juta.
Produk nonmigas ini meliputi alas kaki sebesar 50 persen, produk garmen (15 persen), produk karet, ban dan turunannya (10 persen), produk elektronik (10 persen), serta produk lainnya seperti kertas, ikan beku dan suku cadang kendaraan (15 persen).
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement