Faisal Basri Bandingkan Nilai Tukar Rupiah Saat Ini dengan 1998

Faisal Basri membandingkan kondisi rupiah saat ini dengan beberapa tahun ke belakang.

oleh Merdeka.com diperbarui 15 Agu 2018, 16:31 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2018, 16:31 WIB
Ilustrasi penurunan rupiah (Liputan6.com)
Ilustrasi penurunan rupiah (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bergerak melemah. Bahkan, mata uang Garuda sempat menyentuh level 14.644 per dolar AS.

Pengamat ekonomi, Faisal Basri, menyebut bahwa kondisi nilai tukar saat ini merupakan terburuk sepanjang sejarah.

"Nilai tukar rupiah terburuk sepanjang sejarah ini sekarang," kata Faisal dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Rabu (15/8/2018).

Faisal membandingkan kondisi saat ini dengan beberapa tahun ke belakang. Tahun ini, rata-rata nilai tukar rupiah tidak lebih baik bahkan dari tahun 1998.

"Rata-rata setahun tahun 1998 itu rata - rata rupiah cuma 10.000. Sekarang 13.889. Terburuk sepanjang sejarah rata-rata setahunnya," ujarnya.

Dia menegaskan, rupiah memang pernah jauh lebih buruk dari sekarang. Namun, kondisi tersebut hanya berlangsung dalam hitungan hari, tidak berlarut-larut seperti sekarang ini.

"Pernah kita 17.000, Rp 16.000, tapi cuma dua hari. Jadi, pemerintah cepat bertindak," dia menambahkan.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Kendalikan Rupiah, Pemerintah Bakal Rem Impor 500 Komoditas

Capaian Ekspor - Impor 2018 Masih Tergolong Sehat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Menkeu Sri Mulyani Indrawati menilai tren yang terjadi pada capaian ekspor-impor 2018 masih tergolong sehat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah terus berupaya mengendalikan nilai tukar rupiah dan defisit transaksi berjalan. Salah satu langkah yang akan ditempuh adalah dengan mengerem impor barang yang dinilai tidak mendesak kebutuhannya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pihaknya bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mengidentifikasi terhadap barang atau komoditas yang berhubungan dengan konsumsi dan bahan baku serta barang yang sudah memiliki substitusi produk dari dalam negeri.

"Kita akan lihat, kalau permintaan melonjak tinggi dan dia tidak strategis dan dibutuhkan dalam perekonomian, maka akan dikendalikan. Ini kita suspect, termasuk berbagai macam belanja online, khususnya dari luar yang mengindikasikan impor barang konsumsi yang melonjak sangat tinggi," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Rabu (15/8/2018).

Sri Mulyani mengungkapkan, saat ini ada sekitar 500 komoditas yang akan diidentifikasi, apakah impornya perlu dilakukan segera atau bisa untuk ditindak.

"Kami melakukan langkah drastis dan tegas untuk mengendalikan impor ini. Saat ini kami bersama Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian akan mengidentifikasi 500 komoditas yang bisa diproduksi dalam negeri, apakah bisa substitusi impor dan pengendalian dari sisi impor," kata dia.

Sementara itu, terkait impor bahan baku untuk proyek infrastruktur yang dikendalikan pemerintah, PLN dan Pertamina telah diminta melihat komponen impor proyeknya. Hal tersebut karena kedua BUMN yang memiliki komponen impor besar. 

"Enggak hanya TKDN, tapi juga melihat secara langsung berapa impor barang modal. Untuk proyek belum financial closing akan ditunda. Kami akan lakukan enam bulan ke depan dengan sangat firm, sehingga kontribusi terhadap impor barang modal dari BUMN bisa dikendalikan. Menteri ESDM akan lihat dari sisi master list, semua request impor setop dulu dalam enam bulan ke depan dan dilihat kondisi neraca pembayaran kita harus membaik," tutur dia.

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya