Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) melakukan kunjungan kerja ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbesar di Rusia, yaitu NPP Novovoronezh Unit 6 berkapasitas 1200 MW di Voronezh, Rusia pada 7 September 2018.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusra PLN, Djoko R Abumanan mengatakan, PLN ingin mempelajari langsung bagaimana teknologi yang diterapkan pada PLTN khususnya NPP Novovoronezh.
"Kami tertarik bagaimana kemajuan riset dan teknologi yang dimiliki Rosatom khususnya di Unit 6 yang menggunakan teknologi Nuklir teranyar. Kami rasa tepat jika melakukan benchmarking ke NPP Novovoronezh sebagai PLTN terbesar di Rusia," Kata Djoko kepada wartawan, Sabtu (8/9/2018).
Advertisement
Dalam rangka kunjungan kerja ke Rusia ini, PLN membawa rektor dan perwakilan dari tujuh Perguruan Tinggi ternama Indonesia. Hal ini agar bisa terciptanya sinergi pemahaman bersama mengenai pemanfaatan energi nuklir.
Baca Juga
"Kami bersama dengan para akademisi, mengunjungi PLTN Novovoronezh ini agar memiliki pemahaman lebih mendalam tentang pemanfaatan teknologi Nuklir serta plus minus nya penerapan PLTN. Selain itu kita juga benchmarking terhadap sistem pelatihan sdm mereka," tambah Djoko.
Rombongan PLN dan delegasi diterima oleh Deputy Chief Engineer Rosatom Sergei Vitkovskiy bersama dengan kolega nya. Kunjungan ke NPP Novovoronezh ini meliputi tinjauan ke Training Center of Unit 6 Rosatom, Machine Room, Nuclear Power Plant Control Panel / Observation Deck.
NPP Novovoronezh Unit 6 menggunakan teknologi Nuklir terbaru dengan tipe reaktor VVER 1200. PLTN ini merupakan PLTN dengan teknologi generation 3+ pertama di dunia, dengan masa hidup selama 60 tahun.
PLTN ini produksi daya listrik sebesar 1.195,4 MW dan daya panas 3.200 MW yang biasanya digunakan untuk pemanas gedung-gedung dan perumahan di Rusia saat musim dingin.
Sistem keamanan dan pengamanan dari teknologi VVER 1200 terdiri dari containment internal dan external. Barrier system terdiri dari fuel pellet, fuel pin cladding, primary circuit boundary, protective containment dan biological shield.
Dengan berbagai sistem perlindungan tersebut, NPP Novovoronezh memiliki zero accident. Sementara di sistem pelatihannya, Rosatom menjadi salah satu perusahaan Best Practice to be Replicated menurut OSART Mission.
Kunjungan kerja PLN bersama para akademisi ke Rusia ini telah berlangsung selama lima hari. Selain NPP Novovoronezh, rombongan juga melakukan kunjungan ke Instansi Perguruan Tinggi seperti MPEI, Gubkin State Univ dan MEPhI.
Bahkan untuk Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor berhasil teken MoU dengan RSAU-MTT melalui kunjungan ini.
"Diharapkan melalui kunjungan kerja ini, PLN dapat membentuk sebuah link and match persepsi antara industri dengan akademik tentang pemanfaatan teknologi nuklir," tutur Djoko. (Yas)
RI Kaji Kebutuhan Dana Bangun Pembangkit Nuklir
Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) mengaku terus mengevaluasi pentingnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Anggota DEN Abadi Poernomo mengatakan, berdasarkan studi yang dilakukan ke Jepang, biaya pembangunan PLTN dengan tingkat keamanan tinggi membutuhkan biaya yang sangat mahal.
"Sekarang sudah pada stage 3 sampai 3,5 ini sangat mahal sekali. Kemarin saya sempat nengok ke Fukushima, Jepang dan di situ bagaimana membuat PLTNitu aman. Kalau dari diskusi saya dengan temen-temen di Jepang untuk yang terbaru ini sudah sampai USD 7 juta per MW," ungkapnya saat ditemui di acara 'Forum Weekly' di Auditorium Gedung Sindo, Jakarta, Kamis 28 Juni 2018.
Selain mempertimbangkan aspek biaya, DEN juga mempertimbangkan sisi permintaan alias kebutuhan listrik dalam negeri.
"Jadi pembangkit nuklir itu kalau sekali dibangun kan bisa 1.000-2.000 mw. Besar-besar. Nah kebutuhan kita apakah sama demikian. Kemudian bagaimana itu affordable, dipertimbangkan bagaimana harga listriknya," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement