Liputan6.com, New York Harga minyak mentah dunia turun setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak OPEC untuk meningkatkan produksi pada pertemuan di Aljazair.
Harga juga dipengaruhi momentum bullish harga minyak yang melambat, yang sebelumnya sempat mendorong pasar menuju posisi tertinggi dalam empat tahun.
Baca Juga
Melansir laman Reuters, Jumat (21/9/2018), harga minyak mentah brent, turun 78 sen menjadi USD 78,70 per barel. Sementara minyak mentah AS turun 32 sen menjadi USD 70,80 per barel setelah naik hampir 2 persen pada Rabu.
Advertisement
Patokan harga minyak global Brent telah diperdagangkan di bawah USD 80 per barel, mendekati level tertinggi dalam hampir empat tahun. Ini dipicu prediksi jika sanksi AS terhadap Iran, produsen terbesar ketiga OPEC, akan mengurangi pasokan global.
"Kami terjebak dalam kisaran di sini," kata Tariq Zahir, anggota Tyche Capital Advisors di New York.
Dia mengatakan kenaikan harga yang didorong sanksi AS atas pasokan Iran juga ditekan potensi bahwa permintaan China yang berkurang.
Trump telah menerapkan sanksi dalam menanggapi program nuklir Iran yang akan berlaku penuh pada 4 November. Banyak pembeli telah menghentikan pembelian minyaknya dari Iran menjelang adanya peraturan baru ini.
Tidak jelas apakah produsen seperti Arab Saudi, Irak dan Rusia dapat mengkompensasi persediaan minyak dunia yang berkurang.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen lainnya, termasuk Rusia, bertemu pada hari Minggu di Aljazair untuk membahas bagaimana mengalokasikan peningkatan pasokan untuk mengimbangi hilangnya pasokan dari Iran.
Pertemuan tersebut kemungkinan tidak akan menyetujui tambahan dalam produksi minyak mentah, meskipun tekanan meningkat untuk mencegah lonjakan harga.
Trump bahkan melalui Twitter mengatakan, "Monopoli OPEC harus menurunkan harga sekarang!"
“Kami melindungi negara-negara di Timur Tengah, mereka tidak akan aman untuk waktu yang lama tanpa kami, namun mereka terus mendorong harga minyak yang lebih tinggi dan lebih tinggi! Kami akan ingat, "Trump kembali menulis cuitannya.
Tyche's Zahir, memprediksi bahwa tweet seperti itu dari presiden mungkin akan berlanjut dengan waktu pemilihan AS yang mendekati.
"Hal terakhir yang ia ingin terjadi adalah harga solar dan harga minyak yang mencapai posisi tertinggi ketika orang-orang pergi ke bilik suara," kata Zahir.
Potensi Capai USD 80 per Barel
Pemilihan yang berlangsung pada 6 November akan menentukan apakah Partai Republik mempertahankan kendali atas Senat dan Dewan Perwakilan di AS.
Namun, banyak pedagang dan analis memperkirakan Brent dalam waktu dekat akan bergerak di atas USD 80 per barel.
Pakar strategi minyak BNP Paribas Harry Tchilinguirian mengatakan, posisi Brent di USD 80 per barel adalah level psikologis.
"Dan ini tidak mengherankan, ketika kita mendekatinya, itu akan dijual karena beberapa pelaku pasar mengambil untung. Karena semakin banyak bukti yang dikumpulkan bahwa ekspor minyak Iran sedang menurun tajam," kata Tchilinguririan.
Advertisement