BPS: Pertumbuhan Ekonomi RI di Kuartal III 2018 Capai 5,17 Persen

Pertumbuhan ekonomi RI di kuartal III 2018 lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya 5,06 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 05 Nov 2018, 11:25 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2018, 11:25 WIB
Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Suasana pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya 5,06 persen.

"Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal III 2017 sebesar 5,06 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (5/11/2018).

Suhariyanto menjelaskan meski lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 yang tercatat 5,27 persen.

"Kita masih punya satu triwulan lagi hingga akhir tahun. Kalau itu bagus kami harap pertumbuhan ekonomi secara tahunan bagus," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Prediksi

2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pemerintah menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di angka 5 persen belum memadai. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, ekonom memperkirakan  pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 di angka 5,05 persen. 

"Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 diprediksi sebesar 5,05 persen," ujar Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (5/11/2018).

Dia menjelaskan, faktor yang menyebabkan pertumbuhan ini lebih rendah yaitu kinerja ekspor tumbuh tapi cukup lambat karena pengaruh proteksi dagang dari India yang menaikkan bea masuk CPO menjadi di atas 50 persen. 

"Permintaan bahan baku dari negara tujuan ekspor tradisional juga masih loyo," kata dia.

Konsumsi rumah tangga pasca Lebaran juga kembali ke kisaran 4,9 persen-5 persen. Ini artinya konsumsi yang selama ini berkontribusi dominan terhadap pertumbuhan ekonomi tidak mampu dorong pertumbuhan yang lebih tinggi.

"Bunga bank mulai naik jadi masyarakat lebih menahan diri untuk konsumsi barang. Efek pelemahan rupiah meskipun belum menaikan harga barang secara umum namun berpengaruh ke prilaku masyarakat yang menurunkan tingkat pengeluarannya," kata dia. 

"Selain itu ada ekspektasi kenaikan harga BBM jenis nonsubsidi masyarakat lebih banyak berhemat dan berjaga-jaga," lanjutnya.

Sedangkan dari sisi investasi, pengaruh eksternal dan tahun politik membuat investasi asing (foreign direct investment/FDI) mengalami penurunan. Hal ini berdasarkan data realisasi investasi kuartal III yang turun 1,6 persen.

"Sektor manufakturnya juga belum nendang. Ini yang jadi kekhawatiran. Produksi industri sedang dan besar growth-nya cuma 5,04 persen di kuartal III 2018. Sementara di kuartal III 2017 sebesar 5,46 persen," ungkap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya