Pemerintah Ingin Pertamina Ganti Bahan Baku Elpiji dengan Gasifikasi Batu Bara

Jika batu bara yang telah digasifikasi bisa menggantikan Propana dan Butana maka dapat mengurangi impor bahan baku Elpiji.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Nov 2018, 12:16 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2018, 12:16 WIB
Pertamina Tingkatkan Produksi Elpiji 3 Kg Selama Ramadan
Pekerja melakukan proses pengisian LPG ke tabung Elpiji 3 kg di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, Senin (21/5). Pertamina meningkatkan produksi pengisian tabung Elpiji 3 Kg sebanyak 4 persen selama bulan Ramadan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mendorong PT Pertamina (Persero) mengganti bahan baku Elpiji yang terdiri dari ‎Propana (C3) dan Butana (C4), dengan batu bara yang telah digasifikasi (dimethyl ether/DME).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, untuk mendukung peningkatan ketahanan energi, perlu dilakukan inovasi penggantian bahan baku Elpiji yang berasal dari impor, dengan bahan baku yang tersedia di dalam negeri yaitu batubara yang digasifikasi menjadi DME.

‎"Security energy coal to DME. Ini batu bara yang diubah melalui proses jadi DME yang digunakan untuk pengganti LPG, ini kalau kita mau bilang security energy," kata Jonan, saat menghadiri Pertamina Energy Forum, di Jakarta, Kamis (29/11/2018).

Menurut Jonan, jika DME bisa menggantikan Propana dan butana maka dapat mengurangi impor bahan baku Elpiji. Tercatat dari 6,8 juta ton konsumsi Elpiji nasional, sebesar 70 persen berasal dari impor dengan nilai sebesar USD 3 miliar atau Rp 5 triliun.

"Kenapa, karena konsumsi Elpiji 6,7- 6,8 juga ton, dari situ 70 persen itu impor," tuturnya.

Untuk merealisasikan gagasan tersebut, Jonan pun akan mengumpulkan pemegang konsesi batu bara.‎

Dia mengakui, jika bahan baku Elpiji diubah menjadi DME perlu adanya perubahan tungku. Tetapi hal tersebut tidak perlu dirisaukan karena dampak positifnya lebih besar.

"Mudah-mudahan pemegang konsesi batu bara lain.‎ Kalau kita impor terus, diketawain kenapa kita impor terus. coal diubah jadi Elpiji memang repot karena harus ganti komponen tungku dll tapi ini harus dilakukan," tandasnya.

Pertamina Amankan Stok BBM dan Elpiji saat Libur Akhir Tahun

Harga Pertamax Naik
Aktivitas pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). Pertamina (Persero) secara resmi menaikkan harga Pertamax Cs akibat terus meningkatnya harga minyak dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Pertamina (Persero) telah persiapan dalam menghadapi libur Natal 2018 dan Tahun Baru 2019, dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Natal dan Tahun Baru. Satgas ini bertugas mengawal ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji ke seluruh Indonesia.

Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan, Satgas melayani kebutuhan BBM dan elpiji bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang akan merayakan hari natal serta mengisi libur akhir tahun.

"Satgas BBM akan mulai aktif bekerja pada 18 Desember 2018 hingga 7 Januari 2019," kata Adiatma, di Jakarta, Selasa (27/11/2018).

Menurut Adiatma, Pertamina sudah melakukan evaluasi adanya peningkatan konsumsi BBM dan elpiji, serta memastikan ketersediaan BBM dan elpiji bagi masyarakat selama Natal dan Tahun Baru.

Sementara nanti pada saat jelang natal dan libur tahun baru, Pertamina akan menyiagakan berbagai infrastruktur pendukung seperti menyiagakan mobil tangki dispenser, penyediaan KiosK Pertamax, BBM Kemasan, Motorist BBM Kemasan, SPBU Kantong dan lain-lain.

"Menghadapi perayaan Natal dan libur akhir tahun serta tahun baru, kami melakukan langkah persiapan penyediaan stok BBM dan Elpiji berdasarkan proyeksi kebutuhan masyarakat,” tutur Adiatma.

Menurut Adiatma, selama natal dan libur tahun baru, konsumsi BBM harian secara nasional diperkirakan naik rata-rata 4 persen. Mengantisipasi hal tersebut, Pertamina akan meningkatkan stok dan penyaluran BBM Natal dan Tahun Baru dari rata-rata harian normal.

Pertamina memperkirakan konsumsi BBM jenis gasoline yaitu, Premium dan Pertamax Series akan meningkat sekitar 5 persen, dibandingkan kondisi normal yakni dari sekitar 94 ribu kiloliter (KL) menjadi sekitar 99 ribu KL.

Sementara, konsumsi BBM jenis gasoil yaitu Solar dan Dex series meningkat sekitar 2 persen dibandingkan masa normal dari 40 ribu KL menjadi sekitar 41 ribu KL. Adapun puncak konsumsi diperkirakan akan terjadi pada 21 Desember 2018.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya